NAMANYA lengkapnya adalah Amir bin Abdullah bin Jarrah. Julukannya adalah Abu Ubaidillah. Ia terlahir dari suku Quraisy yang terhormat. Perawakannya tinggi, kurus, berbadan tegap, dan rendah hati.
Abu Ubaidillah mengenal Islam melalui Abu Bakar di awal-awal kemunculan Islam, bahkan sebelum proses dakwah di rumah Arqam bin Arqam.
Bagi Abu Ubaidillah, keimanan pada Allah SWT dan Rasul SAW adalah yang paling utama dalam hidup. Dia tidak segan-segan mengangkat senjata terhadap kaum musyrikin, meski yang dihadapinya adalah keluarga atau kerabatnya sendiri.
Hal yang menonjol dari Abu Ubaidillah adalah kejujuran dan sifat tawadhu-nya. Konon, setiap orang yang mengikuti akan merasa tenang.
BACA JUGA: Yang Ditinggalkan oleh Abdurrahman bin Auf untuk Keluarganya
Hal itu terbukti saat Rasulullah meminta Abu Ubaidillah memimpin pasukan ke Perang Khabat. Abu Ubaidillah memimpin pasukan sebanyak 315 orang. Perbekalan yang diberikan adalah sekeranjang kurma. Namun, Abu Ubaidillah menerima itu semua penuh keikhlasan. Dia tetap merasa senang dan bersemangat menunaikan tugas itu.
Pasukan pun berangkat. Awal-awal pasukannya mendapat bekal segenggam kurma perhari. Makin lama bekal semakin menipis, hingga bekal yang diterima tiap orang hanya satu butir kurma per hari. Saat persediaan kurma sudah habis, Abu Ubaidillah menyemangati pasukannya. Dia meminta pasukannya untuk mencari daun Khabat, ditumbuk, dan diminum airnya.
Dalam kondisi seperti itu pun, Abu Ubaidillah tetap semangat mengerjakan tugas. Semangat itu terus ia tularkan pada pasukannya. Hingga mereka fokus pada tugas yang sedang diemban. Tak ada satu pun prajurit yang ingin berhenti karena mereka merasa yakin dan tenang bersama pemimpin sekelas Abu Ubaidillah.
Pada suatu hari datang sekelompok kaum Nasrani Najran menghadap Rasulullah.
“Wahai Abal Qasim,” ujar pemimpin kelompok, “Kirimkanlah kepada kami seorang yang bisa menyelesaikan permasalahan dalam kaum kami. Sungguh kami ridha dengan keputusan kaum muslimin.”
“Esok hari, aku akan mengutus bersama kalian orang yang terpercaya. Dia benar-benar terpercaya. Dia benar-benar terpercaya. Dia benar-benar terpercaya,” jawab Rasulullah.
Berita itu tersebar di kalangan para sahabat. Banyak di antara mereka yang berharap terpilih. Bukan karena mereka ingin terkenal, tapi mereka ingin mendapatkan penghargaan sebagai orang yang terpercaya. Bayangkan, Rasulullah sampai menyebutnya tiga kali. Bahkan orang seperti Umar bin Khaththab yang tidak merindukan jabatan dalam hidupnya sampai pernah berharap dialah yang dimaksud Rasulullah SAW.
BACA JUGA: Perjuangan Abu Bakar setelah Memeluk Islam
Setelah selesai shalat, Rasulullah menatap sahabatnya. Ada Abu Bakar, Umar bin Khaththab, dan sahabat dari kaum Muhajirin maupun Anshar. Lalu tatapannya berhenti pada sosok Abu Ubaidillah.
Beliau memanggilnya, “Pergilah Bersama mereka. Putuskan perkara mereka dengan kebenaran.”
Sejak saat itulah Abu Ubaidillah dikenal sebagai kepercayaan umat. Hal itu diperjelas oleh Rasulullah dengan sabdanya, “Setiap umat memiliki kepercayaan. Dan kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidillah bin Jarrah.” []
REDAKTUR: NUNUNNG MUNAWAROH | SAAD SAEFULLAH EDITOR:
Sumber: Sirah 60 Sahabat Nabi Muhammad SAW/Ummu Ayesha/Gramedia Pustaka Umum