SETIAP kali pejabat publik dilantik, kita sering melihat prosesi sumpah jabatan dengan kitab suci di atas kepala atau dipegang erat di tangan mereka. Sumpah tersebut berisi janji untuk menjalankan tugas dengan jujur, adil, dan menghindari penyalahgunaan wewenang. Namun ironisnya, fakta di lapangan menunjukkan banyak pejabat yang akhirnya terjerat kasus korupsi. Mengapa hal ini bisa terjadi?
1. Sumpah Hanya Formalitas, Bukan Keyakinan
Bagi sebagian pejabat, sumpah jabatan dianggap sekadar bagian dari prosedur formal. Mereka melafalkan janji tanpa menghadirkan rasa takut kepada Tuhan dan tanpa kesadaran penuh bahwa sumpah itu akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Padahal, inti dari bersumpah di atas kitab suci adalah mengikat diri pada konsekuensi moral dan spiritual yang besar.
BACA JUGA: 7 Dampak Korupsi yang Merajalela bagi Suatu Negara
2. Lemahnya Iman dan Ketakwaan
Korupsi berakar dari lemahnya iman. Pejabat yang memiliki akidah dan ketakwaan kuat akan takut menodai sumpahnya, karena yakin bahwa pengawasan Allah jauh lebih ketat daripada pengawasan lembaga anti-korupsi. Namun ketika iman menipis, nafsu menguasai hati, sehingga mereka berani melanggar sumpah meski sudah berikrar di atas kitab suci.
3. Lingkungan yang Tidak Mendukung Integritas
Banyak pejabat yang awalnya idealis, namun ketika masuk ke lingkungan birokrasi yang korup, mereka terpaksa menyesuaikan diri agar tidak disingkirkan atau ditekan rekan kerjanya. Budaya korupsi yang sistemik membuat sumpah jabatan terasa tidak ada artinya, karena seluruh struktur menganggap korupsi sebagai “kebiasaan normal.”
4. Kurang Rasa Takut Akan Hukuman Dunia
Hukuman bagi pelaku korupsi di banyak negara, termasuk Indonesia, sering dianggap terlalu ringan atau masih bisa dinegosiasikan. Inilah yang membuat mereka berani melanggar sumpah, karena menilai risikonya kecil dibandingkan besarnya keuntungan yang didapat dari korupsi.
5. Cinta Dunia yang Berlebihan
Nafsu terhadap harta, jabatan, dan kemewahan membuat seseorang gelap mata. Ketika cinta dunia sudah menguasai hati, nilai-nilai agama dan sumpah di atas kitab suci pun dikalahkan demi memenuhi ambisi pribadi.
BACA JUGA: 8 Derita Pelaku Korupsi di Akhirat
6. Kurang Pemahaman Makna Sumpah
Sebagian pejabat mungkin tidak memahami makna hakiki dari sumpah dengan kitab suci. Mereka tidak menyadari bahwa sumpah bukan hanya janji di hadapan manusia, tetapi juga di hadapan Allah, dan akan dihisab dengan sangat teliti di akhirat nanti.
Sumpah jabatan dengan kitab suci seharusnya menjadi pengingat paling dalam bagi setiap pejabat bahwa amanah adalah tanggung jawab berat, bukan hanya di dunia, tetapi juga di akhirat. Namun jika hati telah kosong dari iman dan takut kepada Tuhan, maka sekeras apa pun sumpah diucapkan, tetap akan dilanggar dengan mudah. Oleh karena itu, solusi utama untuk memberantas korupsi adalah menumbuhkan ketakwaan di hati setiap individu sejak dini, agar takut kepada Tuhan menjadi benteng terkuat melawan godaan korupsi. []