DI tengah hiruk-pikuk kehidupan rumah tangga, kadang seorang suami lupa akan satu hal penting: bahwa memperlakukan istri dengan baik bukan hanya soal etika, tapi bagian dari ibadah kepada Allah. Banyak suami merasa telah cukup memberi nafkah, menyediakan rumah, dan menjaga keluarganya dari bahaya. Namun, apakah cukup sampai di sana? Bukankah Nabi ﷺ menegaskan bahwa akhlak terbaik seorang laki-laki terlihat dari bagaimana ia memperlakukan istrinya?
Rasulullah ﷺ bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada istrinya, dan aku adalah yang paling baik di antara kalian kepada istriku.” (HR. Tirmidzi)
Hadis ini bukan sekadar pengingat, tapi tamparan halus bagi kita. Jika kita ingin menjadi hamba yang mulia di sisi Allah, lihatlah bagaimana kita memperlakukan perempuan yang tidur di samping kita setiap malam, yang mengandung anak-anak kita, dan yang membasuh pakaian kita dengan tangan yang mungkin sudah lelah karena segalanya.
BACA JUGA: 10 Hal Yang Tidak Boleh Terlewat oleh Suami Istri sebelum Tidur setiap Malam
Istri bukan sekadar “pendamping hidup” dalam istilah manis yang sering kita dengar. Ia adalah amanah besar dari Allah. Maka, memperlakukan istri dengan baik bukanlah pilihan, tapi perintah. Ketika Nabi ﷺ menjadikan dirinya sebagai teladan terbaik dalam memperlakukan istri, itu artinya perilaku beliau bukan sekadar sopan santun sosial, tetapi ibadah yang dicatat oleh langit.
Coba kita renungi apa yang dilakukan Nabi ﷺ. Beliau membantu pekerjaan rumah, menambal sandalnya sendiri, menyuapi istrinya dengan tangannya, dan menenangkan istrinya dengan kelembutan ketika ia marah atau cemburu. Inilah Rasulullah, manusia terbaik yang paling sibuk di muka bumi, tapi tetap punya ruang untuk menjadi suami terbaik.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Termasuk bentuk sempurnanya akal dan agama seseorang adalah akhlaknya yang baik kepada istrinya.”
Perhatikan, beliau mengaitkan antara akal yang sehat dan agama yang lurus dengan bagaimana seseorang memperlakukan istrinya. Artinya, jika ada laki-laki yang kasar kepada istrinya, suka membentak, bahkan memukul, maka itu pertanda akalnya lemah dan agamanya belum lurus.
Sayangnya, banyak suami merasa wajar memarahi istri, merasa tinggi derajatnya, dan memperlakukan istri seperti bawahan. Padahal, Allah telah menciptakan suami-istri untuk saling melengkapi, bukan saling menindas.
Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman: “Dan bergaullah dengan mereka (istri-istrimu) secara patut.” (QS. An-Nisa’: 19)
Kata ‘ma’ruf’ dalam ayat ini berarti perlakuan yang baik, dengan kata-kata lembut, kasih sayang, dan sikap menghargai. Rasulullah ﷺ pun tidak pernah memukul istrinya, tidak pernah membentak mereka, bahkan saat mereka melakukan kesalahan. Beliau menasihati dengan cinta, bukan dengan amarah.
Bayangkan, jika Nabi yang maksum saja bersikap sehalus itu, bagaimana dengan kita yang penuh dosa ini?
Syekh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah pernah berkata: “Ketika seorang suami bersikap lembut dan memuliakan istrinya, maka itu tanda kesempurnaan imannya dan tanda kebaikan akhlaknya.”
Lalu, jika kita bertanya: kenapa aku harus baik pada istriku?
Jawabannya: karena Rasulullah mencontohkannya, karena Allah memerintahkannya, dan karena kebaikanmu pada istrimu adalah bagian dari keimananmu.
Jangan tunggu sampai istrimu pergi atau tiada baru kamu sadar betapa besar jasa dan pengorbanannya. Jangan sampai kita menjadi laki-laki yang menyesal ketika sudah terlambat.
BACA JUGA: 7 Dampak Medis dan Psikologis Jika Suami Istri Lama Tidak Berjima’
Ingatlah, setiap senyuman yang kau berikan, setiap kelembutan yang kau ucapkan, setiap bantuan kecil yang kau lakukan di rumah—semuanya bisa menjadi pemberat amalmu di akhirat. Bahkan, menyuapi istrimu sepotong makanan adalah sedekah.
Rasulullah ﷺ bersabda: “Apa pun yang kamu nafkahkan (kepada keluargamu) karena mengharap ridha Allah, maka kamu akan diberi pahala, bahkan hingga makanan yang kamu suapkan ke mulut istrimu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka wahai para suami, mulailah hari ini. Lembutkan hatimu. Perbaiki sikapmu. Jadilah suami yang bukan hanya memberi nafkah, tapi juga memberikan cinta. Karena sesungguhnya, kebaikanmu pada istrimu adalah tanda siapa dirimu di hadapan Allah. []