• Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
Rabu, 3 Maret 2021
No Result
View All Result
NEWSLETTER
Islampos
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Muslimtrip
  • Muslimbiz
  • Beginner
  • Syiar
  • Keluarga
  • Dari Anda
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Muslimtrip
  • Muslimbiz
  • Beginner
  • Syiar
  • Keluarga
  • Dari Anda
No Result
View All Result
Islampos
No Result
View All Result

Kebahagiaan Itu Ada di Sini

Redaktur Eva F Hasan
4 tahun ago
in Islam 4 Beginner
Reading Time: 3min read
0
Kebahagiaan Itu Ada di Sini

Foto: Vebma.com

Oleh: Lintang Wahyu Mukti
Mahasiswa Institut Teknologi Bandung

ADA ungkapan yang sangat dalam maknanya, disampaikan Syaikh Abi Madiin dalam kitab Tahdzib Madarijus Salikin. Katanya, “Orang yang telah benar-benar melakukan hakikat penghambaan (ubudiyah), akan melihat perbuatannya dari kaca mata riya. Melihat keadaan dirinya dengan mata curiga. Melihat perkataannya dengan mata tuduhan.”

Ia lantas menjelaskan bahwa kondisi seperti itu muncul karena semakin besarnya tuntutan kesempurnaan dalam diri seseorang. “Semakin tinggi tuntutan dalam hatimu, maka semakin kecillah kamu memandang dirimu sendiri. Dan akan semakin mahal harga yang harus ditunaikan untuk memperoleh tuntutan hatimu itu,” (Tahdzib Madarijus Salikin, 119)

Maka, jangan hentikan perenungan dan muhasabah diri kita masing-masing. Sungguh banyak lubang yang harus kita waspadai di tengah hidup yang penuh fitnah dan tipu daya ini.

Manusia, diciptakan dalam keadaan susah payah. Memang itulah ketentuan Allah SWT. Al-Qur’an menyinggung masalah ini dalam firman-Nya, “Laqad khalaq nal insaana fii kabad” ; Sungguh telah Kami ciptakan manusia dalam keadaan kabad atau susah payah. (QS. Al Balad: 4). Kata `kabad’ dalam kamus Mu’jam Al Washit didefinisikan dengan kata masyaqqah wa`ana artinya kesulitan dan kesusahan. Ya, sulit dan susah. Itulah yang pasti akan menghiasi hidup semua.

Jangan merasa heran dengan kenyataan hidup. Jangan heran dengan terpaan masalah hidup. Sudah terlampau banyak firman Allah SWT dan petunjuk Rasulullah SAW yang menuntun kita untuk memahami realitas itu. Hidup itu memang tempat kita ditempa, diuji dengan semua keadaannya. “Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan, hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan.” Begitulah Allah berfirman dalam surat Al-Anbiya ayat 35.

Banyaknya peringatan Al-Qur’an tentang kehidupan, adalah agar kita tidak kaget dengan bencana, musibah, dan ragam masalah hidup. Orang yang telah mengetahui sebelum merasakan sesuatu yang berat, tentu akan lebih ringan tatkala ia merasakannya. Orang yang belum mengetahui sesuatu yang sulit, pasti akan terkejut dan merasa terlalu payah saat ia mengalami kesulitan. Begitulah.

Abu Sa’id Al Khudri ra dahulu pernah menjenguk Rasulullah saw saat beliau menderita demam, menjelang wafatnya. “Kuletakkan tanganku di badannya. Aku merasakan panas di tanganku di atas selimut. Lalu aku berkata: “Wahai Rasulullah, alangkah kerasnya sakit ini.” Rasul mengatakan, “Begitulah kami (para nabi). Cobaan dilipatkan kepada kami dan pahala juga ditingkatkan bagi kami.” Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya?” Beliau menjawab: “Para nabi.” Aku bertanya lagi, “Wahai Rasulullah, kemudian siapa lagi?” Rasul mengatakan, “Orang-orang shalih. Apabila salah seorang di antara mereka diuji dengan kemiskinan, adalah sampai salah seorang mereka diuji tidak mendapatkan apapun kecuali mantel yang kumpulkan. Tapi, bila seorang diantara mereka diberi ujian kesenangan, adalah sebagaimana salah seorang di antara kalian senang karena kemewahan.” (HR. Ibnu Majah)

Kita pasti ingin hidup bahagia, jauh dari kesulitan dan kesedihan. Tak ada masalah yang memberatkan. Ya, kita semua ingin bahagia. Dan kebahagiaan hidup yang sejati itu, hanya bisa dicapai melalui kedekatan kepada Allah, melalui amal-amal ibadah dan keshalihan. Hanya itu jalannya.

Coba renungkan, bagaimana kondisi hati, ketika kita melakukan aktivitas ibadah kepada Allah swt. Renungkan juga, bagaimana suasana kalbu saat kita melakukan ibadah shalat yang dilakukan dengan berjamaah. Gembirakah? Senangkah? Bercahayakah? Jawabannya, iya. Pasti. Dengarlah, bagaimana bunyi do’a yang dianjurkan oleh Rasul SAW, untuk dibaca kala kita melangkah ke masjid, “Ya Allah, jadikanlah di dalam hatiku cahaya. Di dalam ucapanku cahaya. Jadikanlah pada pendengaranku cahaya. Jadikanlah pada penglihatanku cahaya. Jadikanlah dari belakangku cahaya dan dari depanku cahaya. Jadikanlah dari atasku cahaya dan dari bawahku cahaya. Ya Allah berikanlah kepadaku cahaya, dan jadikanlah aku cahaya,” (HR. Muslim dan Abu Dawud)

Cahaya itu yang akan menerangi jiwa. Jiwa yang bercahaya pasti akan merasakan kebahagiaan dan ketenangan. Itulah inti kehidupan yang sering dilupakan manusia. Mungkin oleh kita juga. Kita banyak yang mencari-cari suplai kebahagiaan dari sumber yang tidak memiliki kebahagiaan yang memberi ketenangan. Kita sering menggantungkan kebahagiaan dari keadaan dan kondisi yang sebenarnya tidak menyusupkan kebahagiaan yang menentramkan hati.

Ibnul Qayyim mengistilahkan keadaan rasa bahagia dan tenang dalam jiwa dengan istilah rahmah bathiniyah (kasih sayang batin), yang Allah berikan kepada hamba-Nya yang melakukan ketaatan. Kasih sayang batin itu adalah sentuhan perasaan dalam hati seseorang, yang mendapat musibah berupa ketenangan dan ketentraman. Tidak resah dan tidak khawatir. Perhatikanlah kata-katanya menggambarkan keadaan seseorang yang mendapat kasih sayang batin itu, “Seorang hamba bisa justru menjadi sangat sibuk merasakan kasih sayang-Nya, saat ia menghadapi penderitaan yang berat. Dia berpikir seperti itu, karena yakin bahwa itu adalah pilihan terbaik yang ditetapkan kepada-Nya.”

Saudaraku, Di sinilah hakikat kebahagiaan hidup, yang kita cari… Wallahu’alam []

Tags: bahagiaHidupKehidupan
Eva F Hasan

Eva F Hasan

Related Posts

berdzikir dengan biji tasbih

Beribu Dzikir pada Hati yang Tak Kunjung Tenang

2 Maret 2021
Sudahkah Anda Mengenal Tamu Kita Ini?

Ini Keutamaan Bulan Rajab, Jangan Sampai Luput!

2 Maret 2021
Nabi pun Enggan Shalatkan Jenazah Orang yang Masih punya Utang

Bayarlah Utang Segera dan Secepatnya

2 Maret 2021
Ini Panduan Teknis Wudhu dan Shalat saat Banjir

Ini Panduan Teknis Wudhu dan Shalat saat Banjir

2 Maret 2021
Buka Lagi
Selanjutnya
Jangan Latah!

Jangan Latah!

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertisements

Terbaru

Bolehkah Wudhu dengan Air Musyammas?
Syi'ar

Bolehkah Wudhu dengan Air Musyammas?

Redaktur Yudi
55 menit ago
Tayangan Iklan Ternyata Sebabkan Gizi Buruk
Kesehatan

Lima Kebiasaan Ini Memicu Penuaan Dini Kulit

Redaktur Dini Koswarini
1 jam ago
Hidup Di Era Menjelang Hadirnya Puncak Fitnah
Keajaiban Sedekah

Berdirilah Wahai Singa, 1 Suapan dengan 1 Suapan

Redaktur Sodikin
2 jam ago
Balas Dendam Itu Dilarang, Ini 5 Alasannya
Tahukah Anda

Balas Dendam Itu Dilarang, Ini 5 Alasannya

Redaktur Eneng Susanti
2 jam ago

On Facebook

Navigasi

  • Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi

About Us

Membuka, menginspirasi, free to share

  • Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi

© 2019 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Ramadan
    • Tanya Jawab Ramadhan
    • Tsaqofah Ramadhan
    • Video Ramadhan
    • Fiqh Ramadan
    • Kesehatan Ramadhan
    • Kultum Ramadhan
  • Muslimbiz
  • Muslimtrip
  • Beginner
  • Keluarga
  • Sirah
  • Syiar
  • Muslimah
  • Dari Anda
  • Donasi

© 2019 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Add Islampos to your Homescreen!

Add