DALAM kehidupan rumah tangga, sering kita jumpai istri yang lebih mendengarkan kata-kata orang tuanya dibanding suaminya. Misalnya saat suami mengajak pindah rumah dekat tempat kerja, tetapi istri menolak karena orang tuanya melarang. Atau saat suami punya pendapat tertentu dalam mengatur keuangan, tetapi istri justru mengikuti saran ibunya tanpa diskusi terlebih dahulu.
Fenomena ini wajar, terutama di Indonesia yang memiliki budaya kuat untuk berbakti kepada orang tua. Namun, bagaimana Islam memandang hal ini?
1. Kewajiban istri untuk taat kepada suami
Dalam Islam, setelah menikah, prioritas ketaatan seorang wanita berpindah kepada suaminya, selama bukan dalam perkara maksiat. Rasulullah SAW bersabda:
BACA JUGA: Mana yang Lebih Baik, Suami Takut Istri atau Istri Takut Suami?
“Jika aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain, niscaya aku akan perintahkan istri untuk sujud kepada suaminya, karena besarnya hak suami atas istrinya.” (HR. Abu Dawud)
Hadis ini menunjukkan besarnya hak suami. Namun bukan berarti istri tidak perlu berbakti kepada orang tua. Istri tetap wajib berbakti, tetapi ketaatan kepada suami di dalam rumah tangga harus diutamakan, selama suami tidak menyuruh kepada kemaksiatan.
2. Mengutamakan suami bukan berarti durhaka kepada orang tua
Banyak istri merasa bersalah jika tidak mengikuti kata orang tua. Padahal, bila yang diminta suami tidak bertentangan dengan agama, justru istri dianjurkan untuk mendahulukan suami, sambil tetap berbakti dan berkomunikasi baik dengan orang tua.
Contohnya:
-
Jika suami mengajak pindah rumah demi pekerjaan, istri perlu mendukung. Namun, ia bisa tetap meminta izin kepada orang tua dengan cara baik dan penuh adab.
-
Jika orang tua memaksa ikut campur dalam masalah rumah tangga, istri perlu mendengarkan dengan hormat, tetapi keputusan akhir tetap didiskusikan dengan suami.
3. Suami juga perlu memahami psikologis istri
Di sisi lain, suami jangan merasa tersaingi oleh orang tua istri. Ingat, sejak kecil ia tumbuh dengan kasih sayang orang tuanya, sehingga wajar jika ia sulit melepaskan ikatan emosional. Suami sebaiknya:
-
Tidak bersikap keras, tetapi memberikan pengertian dengan lembut.
-
Menjadi pemimpin yang bijak, sehingga istri merasa aman menaatinya.
-
Membina hubungan baik dengan mertuanya agar mereka juga percaya pada menantu.
4. Pentingnya komunikasi tiga arah
Jika muncul konflik antara keinginan suami dan orang tua istri, maka komunikasi terbuka adalah kuncinya. Ajak istri berbicara dari hati ke hati, kemudian komunikasikan dengan orang tua istri dengan sopan dan santun. Jelaskan keputusan rumah tangga dengan cara yang baik agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.
BACA JUGA: Suami Suka Telefonan dengan Mantannya, Gimana Sikap Istri?
5. Doa dan nasihat lembut
Jika istri terlalu mengikuti kata orang tua dan menolak keputusan suami, suami hendaknya bersabar, menasihati dengan lembut, dan banyak berdoa agar Allah melembutkan hati istri. Ingatlah, keberhasilan memimpin rumah tangga bukan hanya dengan otoritas, tetapi juga dengan kelembutan, kesabaran, dan keteladanan.
Istri yang selalu menuruti orang tua daripada suami bukanlah hal yang sepele. Ini bisa menjadi bibit konflik berkepanjangan dalam rumah tangga. Islam mengajarkan keseimbangan: istri mendahulukan ketaatan kepada suami dalam urusan rumah tangga, tanpa melupakan bakti dan hormat kepada orang tuanya. Semoga kita semua dimudahkan menjadi pasangan yang taat pada syariat dan mampu membahagiakan kedua belah pihak dengan cara yang diridhai Allah SWT. []