JAKARTA—Almarhum Yusuf Supendi menjadi sosok yang kontroversional sejak keluar dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang didirikannya hingga akhirnya dia berlabuh ke Partai Demokrasi Perjuangan (PDIP), sebelum tutup usia pada Jumat (3/8/2018) lalu.
Berikut ini Islampos kutip wawancara terakhir Yusuf dengan Feri Agus Setyawan, seorang reporter dari media online CNN Indonesia, pada Rabu (1/8/2018), dua hari sebelum tokoh politik tersebut tutup usia.
Apa yang mendasari Anda berlabuh ke PDIP?
Berkecimpung dunia politik bukan hal baru bagi saya. Semasa kuliah, saya adalah ketua ikatan mahasiswa Asia Tenggara, Komisariat Riyadh Saudi Arabia. Berinteraksi dengan mahasiswa dari 104 negara. Dulu ketika ramai kasus Suriah, Afganistan, saya sebagai mahasiswa mau tidak mau memperhatikan itu.
BACA JUGA: Innalillahi, Ustadz Yusuf Supendi Meninggal Dunia
Saya sebagai muslim berkewajiban peduli dengan politik. Imam Qurtubi telah menjelaskan firman Allah tentang menjadi Rabbani dalam surat Al Imran ayat 79. Bahwa di antara misi Rasulullah ke dunia adalah untuk mewujudkan hamba Allah yang mumpuni dalam ilmu pengetahuan dan menguasai perpolitikan, oleh karena itu politik suatu keniscayaan.
Partai politik yang ada saat ini adalah salah satu sarana, wasilah, untuk mencapai tujuan. Saya berprinsip demikian karena toh tidak ada salahnya menentukan sikap setelah konflik berkepanjangan antara saya dengan sejumlah elite PKS.
Dulu saya sempat ke Hanura. Saya nomor 1 caleg di Bogor. Setelah pencoblosan April 2014, kami (caleg) diperintah melaporkan biaya kampanye. Dulu biaya kampanye saya sedikit. Satu lembar pun tidak penuh. Sejak laporan itu diserahkan, saya tidak pernah dipanggil lagi.
Saya sekarang ke PDIP dengan berbagai pertimbangan, konsultasi dengan peneliti, pengacara, dan atas seizin orang tua. Kalau saya tidak diizinkan oleh ibu (94), saya berpikir panjang.
Pada dasarnya saya bergabung PDIP untuk memanfaatkan potensi politik. Saya adalah S1 dari Timur Tengah, kemudian punya potensi di masyarakat, membangun masjid, membangun sekolah, membangun pesantren, mengayomi yatim dan seterusnya, itu saya lakukan sejak mahasiswa. Dan ternyata ini basis sosial yang tidak bisa disia-siakan. Ini kita manfaatkan.
Berdasarkan riset Saiful Mujani, 70 persen pendukung PDIP adalah santri, 90 persen pendukung PDIP itu umat muslim. Sekarang bagaimana bisa ada dukungan 70 persen santri, 90 persen umat Islam, tapi PDIP dicap PKI? Ini kan tidak logis. Di sini lah ada hoaks, berita yang tidak benar itu perlu kita luruskan. Maka di antara tanggung jawab saya ini juga harus meluruskan persepsi-persepsi yang miring, yang tidak pantas itu.
Mengapa Anda merasa perlu meluruskan?
Ada hal yang menarik. Pada 22 Juli 2018, saya bertemu teman-teman lama, alumni dari Madinah, dari Riyadh, bahkan alumni dari Madinah itu mantan rektor, dia hafal Alquran. Ketika mereka membaca di media saya masuk PDIP, saya bacakan satu ayat. Surat Annazi’at ayat 17. Musa diperintahkan oleh Allah SWT untuk pergi ke Firaun, dengan catatan harus diwaspadai bahwa Firaun itu Thaghut, orang durhaka.
Artinya kita mau ke mana pun harus punya kewaspadaan, kehati-hatian, siapa yang kita hadapi itu.
BACA JUGA: PDIP ucapkan Belasungkawa atas Meninggalnya Almarhum Yusuf Supendi
Minggu depan saya mestinya khutbah Jumat di sebuah masjid. Setelah saya konfirmasi ulang, jawaban DKM untuk sementara menunda khutbah Jumat karena DKM dan pengurus melihat Yusuf Supendi sudah masuk PDIP. Ini adalah konsekuensi.
Tapi seorang mahasiswa saya cukup kreatif menjawab kritik hijrah saya dengan melontarkan pertanyaan balasan, memang mana yang lebih baik: berdakwah di kandang banteng atau berdakwah di kandang sapi yang masuk Sukamiskin?
Apakah dengan pindah ke PDIP berarti Anda melepas ideologi yang sebelumnya Anda tanam di PKS? Apa visi berpolitik Anda saat ini?
Rahasia di PKS itu yang disebut dengan SKS: sekali ketemu seminggu, sekali ketemu sebulan, sekali ketemu setahun. Oleh karena itu ini pribadi saya sebagai muslim yang punya bekal, mungkin yang saya katakan tadi memiliki imunitas seperti ikan itu.
BACA JUGA: PKS Ucapkan Belasungkawa kepada Almarhum Yusuf Supendi
Masalah moral, integritas dalam kondisi apapun itu tidak akan berubah, begini saja. Maka moralitas saya, integritas saya tidak akan berubah, toh partai itu bukan segala-galanya. []
SUMBER: CNN