• Redaksi
  • Iklan
  • Disclaimer
  • Copyright
Selasa, 17 Mei 2022
No Result
View All Result
NEWSLETTER
Islampos
No Result
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Ramadhan
  • Cari
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Ramadhan
  • Cari
No Result
View All Result
Islampos
No Result
View All Result
Home Kolom

Ini Cara Memuliakan Ilmu

by Yudi
4 bulan ago
in Kolom
Reading Time: 3 mins read
0
pendapat madzhab, ilmu agama, keutamaan memiliki ilmu, Masyarakat Awam, memuliakan ilmu

Foto: kolybanov.livejournal.com

INILAH prinsip menuntut ilmu di dalam Islam. Islam sangat memuliakan ilmu, menempatkannya pada posisi yang sangat tinggi. Seseorang tidak dikatakan berislam dengan benar kecuali dengan landasan ilmu. Untuk itulah, sesuatu yang sangat diperintahkan untuk dicari adalah ilmu. Karena ia lebih berharga dari apapun juga.

memuliakan ilmu
Foto: Islampos

Ilmulah yang dapat menyelamatkan hidup manusia. Itulah mengapa ketika Bani Israil meminta penjelasan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang Dzul Qarnain yang menjelajah bumi dalam rangka dakwah dan ekspansi kekuasaan, justru Allah subhanahu wa ta’ala lebih dahulu mengingatkan mereka dengan sebuah perjalanan yang lebih penting dari itu, perjalanan dalam menuntut ilmu dari kisah nabi Musa ‘alahis salam yang hendak belajar kepada nabi Khadir ‘alahis salam, yang justru merupakan nabi dari kalangan mereka sendiri.

Hal itu tiada lain, karena Allah sendiri yang telah menyatakan bahwa, “Allah mengangkat derajat orang-orang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu.” (Al-Mujadalah : 11).

Ini Cara Memuliakan Ilmu

Ilmu yang Utama dalam Islam, Tidak Ada Kata Terlambat untuk Belajar, menyelisihi hadits, Memuliakan Ilmu
Ilmu. Foto: Unsplash

BACA JUGA: Adab Seorang Guru dalam Ajarkan Ilmu

Jika Allah telah memuliakan ilmu dan mengangkat derajat para ahlinya, lalu mengapa kita sebagai makhluk-Nya yang hina tak berdaya tidak berusaha untuk memuliakannya? Maka jika ada orang yang merendahkan ilmu, sebenarnya dia sedang merendahkan dirinya sendiri. Karena ilmulah sumber kemuliaan.

Marilah kita belajar kepada orang yang telah memuliakan ilmu, lalu ilmu memuliakannya.

Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu merupakan lautan ilmu para sahabat, meriwayatkan 1660 hadits dan menjadi staf ahli di pemerintahan Umar bin Khottob padahal umurnya baru 15 tahun. Bagaimanakah caranya ia menuntut ilmu? Mari kita ikuti kisahnya.

رَوَى الحَاكِمُ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : لَمَّا قُبِضَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْتُ لِرَجُلٍ مِنَ الْأََنْصَارِ : هَلُمَّ فَلْنَسْأَلْ أَصْحَابَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنَّهُمْ اليَوْمَ كَثِيْرٌ فَقَالَ : عَجَبًاً لَكَ يَا ابْنَ عَبَّاسٍ، أَتَرَى النَّاسَ يَفْتَقِرُوْنَ إِلَيْكَ وَفِي النَّاسِ مِنْ أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ فِيْهِمْ ؟ قَالَ : فَتَرَكْتُ ذَاكَ وَ أَقْبَلْتُ أَسْأَلُ أَصْحَابَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وََإِِنْ كَانَ

يَبْلُغُنِي الْحَدِيْثُ عَنِ الرَّجُلِ فَآتِي بَابَهُ وَ هُوَ قَائِلٌ فَأَتَوَسَّدُ رِدَائِي عَلَى بَابِهِ يَسْفِي الرِّيْحُ عَلَيَّ مِنَ التُّرَابِ فَيَخْرُجُ فَيَرَانِي فَيَقُوْلُ : يَا ابْنَ عَمِّ رَسُوْلِ اللهِ صَلََّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا جَاءَ بِكَ ؟ هَلَّا أَرْسَلْتَ إِلَيَّ فَآتِيْكَ ؟ فَأَقُوْلُ : لَا أَنَا أَحَقُّ أَنْ آتِيَكَ، قَالَ : فَأَسْأَلُهُ عَنِ الْحَدِيْثِ فَعَاشَ هَذَا الرَّجُلُ الأَنْصَارِي حَتَّى رَآنِي وَ قَدِ اجْتَمَعَ النَّاسُ حَوْلِي يَسْأَلُوْنِي فَيَقُوْلُ هذَا الْفَتَى كََانَ أَعْقَلَ مِنِّي (مستدرك

الحاكم جـزء ١ ص ١٨٨ إسناده صحيح). قَالَ عَبْدُ اللهِ بْنُ عَبَّاسٍ : كُنْتُ أَسْأَلُ عَنِ الْأَمْرِ الْوَاحِدِ ثَلَاثِيْنَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .(انظر أيضا : سير أعلام النبلاء للذهبي جـ ٣ص٣٤٤)

Al-Hakim meriwayatkan dari Abdulah bin Abbas, ia berkata, “Ketika Rosululloh shallahu ‘alaihi wasallam telah wafat, aku berkata kepada seorang lelaki dari Anshor, “Mari kita bertanya kepada para sahabat Rosululloh shallahu ‘alaihi wasallam. Karena sesungguhnya mereka hari ini banyak.”

Orang itu berkata, “Mengherankan kau ini wahai Ibnu Abbas, apakah kau anggap orang-orang memperhatikanmu, sedangkan di antara mereka ada para sahabat Nabi shallahu ‘alaihi wasallam dan siapakah engkau di antara mereka?”

Aku pun meninggalkannya dan bertanya kepada para sahabat. Jika aku mendengar ada sebuah hadits yang dimiliki oleh salah seorang sahabat Nabi Shallahu ‘alaihi wasallam, maka aku akan mendatangi pintu rumahnya pada waktu qoilulah (waktu tidur siang) dan aku akan duduk di atas selendangku di dekat pintu rumahnya.

Lalu debu pun beterbangan di atas tubuhku. Lalu ia keluar dari rumahnya dan melihatku dan berkata: “Wahai sepupu Rasulullah, apa yang membuatmu datang ke sini?! Apakah engkau tidak berkirim surat saja sehingga aku datang kepadamu?”

Loading...

Maka aku menjawab: “Aku yang lebih pantas untuk datang kepadamu.” Ibnu Abbas berkata, maka aku menanyakan kepadanya tentang hadits Rasulullah Shallahu ‘alaihi wasallam.” Kemudian hiduplah orang Anshor tersebut hingga ia melihatku, orang-orang berkumpul di sekelilingku mereka bertanya kepadaku.

Ia berkata, “Anak muda ini lebih cerdas dariku.” (Mustadrok Hakim, 1/188). Ibnu Abbas juga berkata, “Aku menanyakan satu permasalahan kepada 30 sahabat Nabi shallahu ‘alaihi wasallam.” (lihat juga Siyar A’lam An-Nubala, 3/344).

Perhatikan perkataan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu ketika dikatakan kepadanya mengapa tidak mengirim orang saja untuk memintanya datang, Ibnu Abbas menjawab, “Aku yang lebih pantas untuk datang kepadamu.” Perkataan ini mirip yang diucapkan oleh Imam Malik bin Anas rohimahulloh ketika diminta untuk datang ke istana mengajarkan anak khalifah :

إِنَّ العِلْمَ يُؤْتَى لَا يَأْتِي

“Sesungguhnya ilmu itu didatangi, tidak mendatangi.”

Berikut ini kisahnya,

كَانَ هَارُوْنُ الرَّشِيْدُ بَعَثَ إِلَى مَالِكِ بْنِ أَنَسٍ رَحِمَهُ اللهُ يَسْتَحْضِرُهُ لِيَسْمَعَ مِنْهُ اِبْنَاهُ الأَمِيْنُ وَالْمَأْمُوْنُ، فَأَبَى عَلَيْهِ وَقَالَ : إِنَّ العِلْمَ يُؤْتَى لَا يَأْتِي. فَبَعَثَ إِلَيْهِ ثَانِيًا فَقَالَ : أَبْعَثُهُمَا إِلَيْكَ يَسْمَعَانِ مَعَ أَصْحَابِكَ. فَقَالَ مَالِكٌ : بِشَرِيْطَةِ أَنَّهُمَا لَا يَتَخَطَّيَانِ رِقَابَ النَّاسِ، وَيَجْلِسَانِ حَيْثُ يَنْتَهِي بِهِمَا الْمَجْلِسُ، فَحَضَرَاهُ بِهٰذَا الشَّرْطِ. (اِبْنُ عَسَاكِرَ تَارِيْخُ مَدِيْنَةِ دِمَشْقَ ٧٤/٢١٩)

Harun Ar-Rasyid (seorang khalifah dari pemerintahan Abbasiyah -pent) pernah mengirimkan utusan kepada Malik bin Anas rahimahullah memintanya untuk datang agar kedua anaknya, Al-Amin dan Al-Ma’mun dapat mendengar darinya, tetapi beliau menolak.

Ia berkata, “Sesungguhnya ilmu itu didatangi tidak mendatangi”. Lalu sang khalifah mengirim utusan kepadanya kedua kalinya dengan berkata, “Aku akan kirimkan kedua anakku kepadamu agar mareka mendengarkan bersama sahabat-sahabatmu.

Lalu Malik berkata, “Dengan syarat keduanya tidak melangkahi pundak orang-orang, hendaklah mereka duduk dimana saja mereka mendapatkan tempat dalam majelis. Maka mereka berdua hadir dengan melaksanakan syarat tersebut.” (Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damaskus, jilid 74 hal.219).

Begitulah tradisi para ulama dalam memuliakan ilmu. Bahkan diantara mereka ada yang mengatakan, “Siapapun orang yang aku belajar kepadanya, maka aku siap menjadi budaknya.”

Ini Cara Memuliakan Ilmu

Memuliakan Ilmu
Ilustrasi: Unsplash

BACA JUGA: Inilah Ayat Alquran dan 4 Doa Perlindungan dari Ilmu Hitam

Ini menjadi suatu adab di dalam menuntut ilmu. Siapapun yang ingin mendapatkan kemuliaan dan manfaat dari ilmu, ia mesti menjungjung tinggi adab ini terlebih dahulu. Beradab sebelum berilmu. Karena ilmu tanpa adab bagaikan jasad tanpa ruh.

Jika hari ini, ilmu dan para ahlinya tidak lagi dimuliakan, guru diposisikan sebagai buruh oleh para orang tua untuk mengajari anak-anaknya, lalu murid-murid telah kehilangan sikap hormat dan sopan santun kepada gurunya, ditambah lagi dengan sikap guru yang orientasinya menumpuk keuntungan duniawi, lengkap sudah kerusakan yang terjadi.

Hilanglah keberkahan dan manfaat dari ilmu. Terlebih ilmu-ilmu syar’i, yang berkaitan langsung dalam memahami ajaran Islam, yang posisinya lebih tinggi dibanding dengan ilmu apapun. Sudah seharusnya diposisikan lebih tinggi. []

Oleh: Ustadz Muhammad Atim

Tags: ilmumemuliakan ilmumenuntut ilmu
ShareSendShareTweet



loading...
loading...
Previous Post

33 Macam Shalat Sunah yang Perlu Diketahui Muslim

Next Post

7 Cara Menghemat Kuota Internet

Yudi

Yudi

Related Posts

ibu tua

Ibu Tua yang Duduk Menangis di Tangga

15 Mei 2022
Apa Kabar Ramadhan, Keutamaan Ramadhan, Amalan di Akhir Ramadhan

8 Cara Meraih Keutamaan Ramadhan

27 April 2022
Hikmah Umrah di Bulan Ramadhan

5 Hikmah Umrah di Bulan Ramadhan dari Perspektif Sosiologi Organisasi

25 April 2022
Target Amalan Harian Ramadhan, Ramadhan bulan syukur, Amalan di Akhir Ramadhan, Hari Raya

Ramadhan Bulan Syukur

24 April 2022
Please login to join discussion
Advertisements shopee ramadhan

Ramadhan

Imam Ghazali

7 Kesibukan Para Salaf di Bulan Ramadan

by Ari Cahya Pujianto
10:30 pm
0

...

Keutamaan Shalat Berjamaah, Sebab Sulit Bangun Malam, Hidayah Shubuh

Petunjuk I’tikaf dari Rasulullah

by Adam
10:45 am
0

...

Musibah, Dosa, renungan

Musibah Tak harus Selalu Dipandang Buruk

by Sodikin
11:17 am
0

...

pahala berlipat

Tiga Sebab Berlipatnya Pahala

by Yudi
2:31 pm
0

...

Zakat

Memberi Zakat kepada Orang yang Malas Shalat, Bolehkah?

by Eva F Hasan
4:00 pm
0

...

ADVERTISEMENT
Facebook Twitter Youtube Pinterest

On Facebook

Navigasi

  • Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

No Result
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Ramadhan
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.