Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Pengasuh Grup Online Obrolan Wanita Islamis (BROWNIS)
rutyuyun@gmail.com
MENCOBA menyusuri berita di mesin pencari termuktahir hari ini, Google. Berharap ada berita yang lain yang bisa dijadikan sumber dan data tulisan. Ternyata seumpama mencari jarum yang terjatuh dalam sekam. Hampir 70% berita yang viral, bahkan bertengger berhari-hari adalah berita kriminal. Terutama pembunuhan, dengan berbagai motif.
Dan ternyata, Markas Besar Polri mencatat ada 625 kasus pembunuhan yang terjadi di seluruh wilayah di Indonesia dalam kurun waktu Januari-Oktober 2018. Dari yang berhasil diungkap polisi baru 574 kasus pembunuhan (TEMPO.CO, 22/11/2018).
BACA JUGA: Tidak ada Keburukan yang Kecil
Betapa murahnya nyawa manusia. Kesalahan sedikit sudah harus terima konsekwensi kehilangan nyawa. Konon katanya budaya bangsa adalah musyawarah mufakat, gotong royong dan tepo slero…tapi kok yang tampak mata justru muka garang, hati berang dan parang, golok ikutan berperan?
Digaungkan Indonesia bangsa yang ramah tamah, santun, berbudaya, prototipe kematangan demokrasi di tengah multiculture rakyatnya. Namun nyatanya tak takut kepada Allah SWT karena ringan menghilangkan nyawa saudaranya hanya karena perkara sepele.
Tentu ada sesuatu yang amat berpengaruh dalam benak masyarakat, karena secara teori seseorang akan melakukan suatu amal sesuai dengan apa yang ia pahami. Sikap benci kepada seseorang akan berbeda penampakan dengan sikap cinta.
Pemahaman apakah yang tak mampu memisahkan akal sehat dengan hawa nafsu? hingga kemanusiaan yang adil dan beradab tinggal slogan tanpa arti.
Jelas tak datang dari Islam. Karena begitu seseorang diberi predikat muslim ia otomatis akan terikat dengan seluruh peraturan agama yang ia peluk dan yakini. Dan memisahkan agama dari perbuatan sesorang hanya akan menjauhkan dia dari kebenaran. Karena ia dikuasai hawa nafsu. Dalam Islam jelas bahwa haram hukumnya mengalirkan darah sesama—kecuali dengan alasan yang hak seperti membela diri. Rasulullah SAW bersabda:
“Hancurnya dunia lebih ringan di sisi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang muslim,” (HR. An-Nasa’i).
Lewat sejumlah hadis, Islam sangat jelas melarang perilaku saling membunuh. Hanya dalam situasi perang membunuh menjadi keniscayaan. Dan Indonesia tidaklah dalam situasi perang, bukan darul harb yang di dalamnya bisa disandarkan ayat-ayat perang.
Jihad di Indonesia haruslah jihad amar makruf nahi munkar dengan cara yang damai dan sesuai hukum yang diakui. Karena tanpanya, sebuah negeri akan terjebak dalam anarki. Kekerasan, apalagi membunuh, adalah sesuatu yang tidak dianjurkan oleh Islam.
Sistem hari ini, sekulerisme, sangat bertentangan dengan Islam. Dalam segala hal. Sekulerisme tak manusiawi. Jika sekulerisme membolehkan orang bebas berpendapat, berprilaku dan memiliki. Dalam Islam kebebasan itu adalah dalam koridor syariat. Benar menurut syariat maka benar untuk manusia. Karena tak ada makluk yang sempurna, ia hanyalah ciptaan Allah SWT. Maka pasti hukumnya lebih adil.
Dalam Islam, ada beberapa hal yang akan dilakukan agar kasus pembunuhan tidak menjadi pembenaran ketika menyelesaikan persoalan.
Pertama, Islam menanamkan tiap individu untuk bertakwa kepada Allah SWT. Sehingga Ia akan menjadi individu yang taat dan takut azab Allah yang pedih.
Kedua, masyarakat juga akan dikondisikan agar tidak mudah terbawa arus globalisasi yang mengarah pada tindak kriminal.
BACA JUGA: Saat Kebaikan dibalas dengan Keburukan
Ketiga, negara akan memfilter tiap konten dari media yang disiarkan umum agar konten yang disiarkan sesuai dengan syariah Islam, melarang beroperasi semua produk pornoaksi/pornografi.
Keempat, upaya preventif dan kuratif, Islam mengancam setiap pelaku kejahatan dengan ancaman keras. Adakah sistem yang lebih baik dari Islam? Jaminan Allah SWT yang akan memberikan rasa adil dan aman sebenarnya:
“Dan barang siapa membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS. An-Nisâ’: 93). Wallahu a’lam bishowab. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.