Oleh: Fatimah Azzahra, S.Pd.
Tinggal di Bandung
BANGUN kesiangan, ummi yang salah. Anak sakit, ummi yang salah. Anak jatuh, ummi juga yang salah. Anak susah makan, ummi pula yang salah. Rumah berantakan, pasti ummi yang salah. Padahal, ummi sudah banyak berkorban, sampai kini banyak yang menderita penyakit lupa. Lupa makan, lupa mandi, lupa shampoan, untung ga sampai lupa diri. Ummi pun jadi baperan. Lari di pojokan kamar, sambil nangis tersedu sedan. Bukan karena cinta perhatian atau gila pujian. Ummi juga butuh sandaran, pelukan hangat dan dukungan dari suami tersayang juga keluarga sekalian.
Ketika baper tak terselesaikan, ummi bisa terjangkit stress dan depresi hingga bunuh diri mengajak sang buah hati. ESA (26), mengajak 3 anaknya melakukan aksi bunuh diri. Sampai akhirnya ketiga anaknya meninggal dan sang ibu dalam kondisi kritis (detik.com, 17/1/2018). S (30), menyeret anaknya yang berumur 5 tahun dengan sepeda motor (9/2/2018). S (35), mengajak bayinya yang berusia 17 bulan melakukan aksi bakar diri. Akhirnya keduanya meninggal setelah diberikan perawatan intensif (jawapos.com, 13/4/2018).
Ummi dengan kewajiban seabrek, tapi tidak dihargai, tidak dibantu, malah dijadikan pihak tertuduh, disalah-salahkan, bisa membuat ummi baper tingkat tinggi sampai depresi. Apa Allah salah kasih ummi jabatan sebagai ibu rumah tangga yang tugasnya memenej rumah tangga, merawat dan mendidik buah hati tercinta? Allah tak mungkin salah memberi tugas. Allah sudah memberi tugas sesuai fitrah ummi sebagai wanita mulia. Lantas apa yang salah? Bukan ummi yang salah, tapi isi dalam kepala umminya yang harus dievaluasi.
Kepala ummi juga butuh asupan nutrisi, bukan hanya makanan bergizi tapi ilmu yang mumpuni. Ilmu tentang memenej rumah tangga, ilmu tentang parenting, ilmu tentang keuangan, dan yang terpenting ilmu menjaga keimanan. Sudahkah suami tersayang memberi asupan ini? Atau paling tidak, mendukung dan menfasilitasi ummi agar asupan nutrisi ini terpenuhi baginya. Karena ini bukan sekedar wasting time belaka. Inilah investasi tak terkira, untuk buah hati tercinta, generasi penerus bangsa dan agama, yang juga kunci surga ibu dan bapak.
Andai kepala ummi penuh dengan ilmu agama, baper pun tak kan melanda. Kalau pun ada, ia hanya hinggap sebentar saja. Mengapa? Karena dengan bekal ilmu agama, ummi justru akan bersyukur dengan perannya. Bekal ilmu agama menyadarkan ada pahala yang besar menantinya. Tidak tanggung-tanggung, Allah berikan ganjaran surga untuknya.
“Jika seorang wanita melaksanakan shalat lima waktunya, melaksanakan shaum pada bulannya, menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja ia kehendaki.” (HR Ibnu Hibban dalam Shahihnya)
Semoga para suami sadar akan peran pentingnya menjaga kewarasan istri tercinta, bukan dengan piknik saja tapi juga kajian agama. Semoga tak ada lagi ummi baperan, atau depresi, yang mencelakakan anak-anaknya yang tak berdosa. Wallahu’alam bish shawab. []