• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Jumat, 18 Juli 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Dari Anda Opini

Guru Honorer Bisa Bahagia

Oleh Rifki M Firdaus
7 tahun lalu
in Opini
Waktu Baca: 3 menit baca
A A
0
Demo Guru Honorer

Foto: Tribun

Demo Guru Honorer Foto: Tribun

1
BAGIKAN

Oleh: Wisnu Tanggap Prabowo
Pengajar di Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Tazkia, Bogor, dan di LBPP LIA

SEBAGAIMANA kelapangan, kesempitan hidup adalah sunatullah yang mesti berlaku hingga Hari Kiamat. Sebaik apapun kualitas dan kuantitas ibadah sejatinya tidak serta merta membebaskan seseorang dari kesempitan hidup. Bahkan semakin baik kualitas keimanan justru mengundang ujian yang lebih “berbobot”.

Kualitas keimanan akan melapangkan hati di segala kondisi fisik dan jiwa karena kebahagiaan terletak di hati. Keimanan yang baik dan benar adalah modal untuk menyongsong Kampung Akhirat, bukan dunia. Mustahil seseorang terus menerus terbebas dari kemalangan di dunia. Bukan itu dunia diciptakan. Ini juga berlaku bagi seorang guru. Begitu pun para milyuner, pemimpin, hamba-hambaNya yang shalih atau yang ingkar, bahkan para Nabi dan Rasul.

Takdir Baik Guru

ArtikelTerkait

5 Prinsip Emas Bisnis Rasulullah yang Relevan Sepanjang Zaman

Apa yang Terjadi Jika Makan Telur Tiap Hari?

The End of Medsos

Apa Itu Nimbus, Varian Baru Covid 19 yang Lagi Merebak?

Upah adalah halal dan gaji adalah hak, sebagaimana korupsi adalah haram dan menahan hak adalah kezaliman. Syariat Islam mengharuskan seseorang menafkahi mereka yang menjadi tanggungannya, diri sendiri, dan membelanjakan sebagiannya untuk syiar Islam. Allah Maha Kaya telah menjamin rezeki sesuai kadar yang dikehendaki-Nya. Baik itu melalui upah status honorer, guru tetap, bonus, bagi hasil, dan semisalnya.

BACA JUGA: Bukannya Dibela, Siswi SMP di Blitar Korban Pelecehan Guru Malah Di-bully Teman

Ketika sesuatu telah ditetapkan, maka tidak akan luput atau datang melainkan apa yang telah “tertulis”. Kewajiban kita adalah menjemput nikmat dengan berusaha, atau yang disebut dengan ikhtiar, meski kata ikhtiar sendiri sebenarnya berarti pilihan, bukan berusaha.

Mungkin, kata ikhtiar yang telah mengakar ini dimaksudkan agar masing-masing dari kita mencermati pilihan dalam mencari penghidupan. Apakah menjemput rizki dengan cara halal, haram, atau dengan cara menggadaikan kehormatan dan kepentingan umum. Dengan meyakini ini, maka seorang guru akan tenang hatinya, dan tetap dalam komitmennya.

Guru sejak dahulu adalah pekerjaan mulia dan terhormat. Seluruh syariat Islam dan hikmah para Nabi diteruskan melalui para guru umat ini. Sulit rasanya mencari guru yang tidak lapang hatinya meski secara lahiriah dihimpit oleh ujian hidup. Saya yakin, mereka yang menggunakan hak bersuara terkait status honorer sebenarnya lapang hatinya, hanya saja saat itu ajakan untuk turun ke jalan lebih kuat ketimbang apa yang mendominasinya selama ini.

Kambing Hitam Profesi

Secara materi profesi pengajar seringkali dinilai tidak terlalu mumpuni. Namun konon, jika ingin memiliki pekerjaan yang menentramkan hati, maka jadilah seorang pendidik. Sebab, guru adalah penebar kebaikan berupa ilmu dan akhlak. Sebuah kelaziman bahwa kebahagiaan adalah memberi manfaat bagi manusia lainnya. Ini adalah keistimewaan pendidik dibanding profesi lainnya, dan keistimewaan sedekah dibanding amal kebaikan lainnya.

Tidak diharamkan memang untuk menuntut hak atau meminta upah yang lebih besar. Kedua hal itu sama sekali tidak mengurangi nilai profesi pendidik atau kehormatan seseorang. Dari kacamata Qadha dan Qadar, kedua hal itu juga tidak akan mempercepat, memperlambat, menambah atau mengurangi kadar rezeki.

Menuntut pengangkatan status honorer menjadi guru tetap bisa saja digolongkan ke dalam bentuk usaha jika dilakukan sekedarnya selama tidak mencederai semangat dan komitmen seorang pendidik. Guru tidak harus diidentikan dengan kekurangan. Namun jikalau terdapat pendidik yang terus menerus merasa sempit, maka bukan semata-mata bukan karena profesi guru itu sendiri.

Pun halnya dengan kematian. Meski seseorang berada di benteng yang kokoh, maka maut akan tetap menemuinya. Artinya, betapa pun kokohnya jabatan dan tingginya status profesi, hal itu tidak dapat membentenginya dari apa yang tidak disukainya. Kita harus mulai melihat aspek lain selain meratapi profesi guru untuk mencapai kesejahteraan yang kita kehendaki.

Seorang guru harus memperhatikan ideologinya sebagai induk visi misinya. Bagi seorang muslim, manifestasinya adalah akidah; apa motivasi ia mendidik. Apakah kecukupan harta, hidup yang bermanfaat, kehormatan, jabatan, atau selainnya? Ideologinya akan menentukan sejauh mana ia puas dengan karir dan keseluruhan hidupnya.

Adapun mengenai kondisi ekonomi yang dinilai kurang berpihak, maka ini tidak hanya dialami oleh profesi guru saja. Kalaupun indeks gaji profesi guru yang cenderung rendah, maka di sebagian besar negara di dunia pun demikian, kecuali segelintir.

PR untuk Guru

Bangsa Indonesia membutuhkan seorang pendidik yang terbebas dari kepentingan. Mencermati konflik di level pemerintahan dan di masyarakat, guru dituntut untuk turut serta dalam meminimalisir “kebingungan” generasi muda. Terlebih di tengah maraknya promotor “kebenaran” versi pemikir sekulerisme dan liberalism agama. Seorang guru bisa mengaitkan disiplin ilmunya untuk mengarahkan anak didik ke pemahaman yang benar dengan nilai-nilai positif dalam masyarakat yang tidak berbenturan dengan nilai agama, moral, budaya dan ketertiban umum.

BACA JUGA: Pentingnya Guru Panutan

Sejatinya, sekulerisme agama tidak hanya menerpa umat Islam saja, melainkan seluruh agama, tak terkecuali Nasrani. Justru pemisahan agama dari politik dan bernegara sejatinya diusung oleh gerakan penolakan campur tangan gereja dalam politik di abad 19.

Seorang guru sepatutnya menjelaskan, sesuai relevansi disiplin ilmunya, bahwa tidak semua kebenaran bersifat relatif. Kebenaran harus berdasarkan data empiris, telaah historis, dan harus merunut pada teks-teks primer spiritual. Sehingga generasi muda memiliki kemampuan deteksi dan memahami bahwa hak asasi dibatasi dengan hak asasi lainnya dan kebebasan berbuntut tanggung jawab terhadap ketertiban umum. Kebutuhan pendidik dalam mencerahkan generasi muda di tengah perang pemikiran sangatlah mendesak.

Andaikata guru dapat memadukan antara misi mulianya, berjihad dalam menafkahi keluarga, dan mencukupi diri agar terhindar dari meminta, termasuk secara bergerombol di jalan-jalan, maka kehidupan lebih baik adalah keniscayaan.

Setidaknya, kekayaan hati akan membuat guru memiliki derajat yang tinggi. Sehingga gaji, bonus, jabatan dan bentuk materi semisalnya tidak membelenggu perjalanan hidupnya yang mulia. Inilah puncak pencapaian seorang guru. []

Tags: bahagiaGuru Honorer
ShareSendShareTweetShareScan
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Menjaga Rahasia Keluarga

Next Post

Zikir, Ini Manfaatnya secara Ilmiah

Rifki M Firdaus

Rifki M Firdaus

Terkait Posts

Leasing, Bisnis

5 Prinsip Emas Bisnis Rasulullah yang Relevan Sepanjang Zaman

11 Juli 2025
telur

Apa yang Terjadi Jika Makan Telur Tiap Hari?

16 Juni 2025
Threads

The End of Medsos

14 Juni 2025
Syarat Taubat Diterima, Waktu Mustajab untuk Berdoa, Hukum Menggunakan Masker ketika Shalat, Waktu Berdoa yang Mustajab, Hadits tentang sabar, Sedekah Shubuh, ibadah, keutamaan berdoa, Syarat Taubat, Waktu Mustajab untuk Berdoa di Hari Jumat, Hukum Menghadiahkan Al-Fatihah untuk Diri Sendiri, Doa Memohon Ampunan pada Allah SWT, Perkara Iman, Istighfar,Hukum Meminta Doa dari Orang Lain, Nimbus

Apa Itu Nimbus, Varian Baru Covid 19 yang Lagi Merebak?

13 Juni 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Melakukan Perubahan, sifat jujur, orang yang meninggalkan shalat, istidraj, FITNAH, SYAHWAT, maksiat, bunuh diri, dosa, maksiat, taubat

5 Alasan Jangan Mengungkit Dosa Masa Lalu Seseorang yang Sudah Bertaubat

Oleh Yudi
14 Juli 2025
0

agar tidak mengulangi dosa, mengganti shalat wajib, dosa jariyah, mandi, dosa, shalat

Jangan Tinggalkan Shalat Meski Badan Kotor saat Kerja, Tidak Semua Kotor Itu Najis

Oleh Yudi
14 Juli 2025
0

Senin

Jangan Lagi Bilang “Nggak Suka Senin!”

Oleh Dini Koswarini
14 Juli 2025
0

Cerai, Sebab Zina Dilarang dalam Islam, zina, Penyebab Lelaki Selingkuh, Talak

Talak: Halal yang Dibenci, Senjata Iblis untuk Memecah Belah

Oleh Saad Saefullah
13 Juli 2025
0

Laporan Donasi Islampos Juli 2025: Alhamdulillah, Sudah Terkumpul Rp2.390.999! 1

Laporan Donasi Islampos Juli 2025: Alhamdulillah, Sudah Terkumpul Rp2.390.999!

Oleh Saad Saefullah
13 Juli 2025
0

Terpopuler

Cara Singkat Tulis ‘Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ﷺ di Microsoft Word, Ini Dia

Oleh Saad Saefullah
19 Oktober 2024
1
Nabi Muhammad Keutamaan Membaca Sholawat, Waktu Terbaik Bershalawat, Sholawat, Ciri Fisik Rasulullah, Wasiat Nabi Sebelum Wafat, Cara Bershalawat yang Benar kepada Nabi, Keistimewaan Rasulullah, Kebiasaan Nabi Muhammad ﷺ, Rasulullah

Selain untuk membuat karakter shalawat tersebut, kita juga bisa membuat lafadz Allah (ﷲ), Muhammad (ﷴ), Basmalah (﷽), Jalla Jalaluhu (ﷻ)...

Lihat LebihDetails

85 Motto Hidup dari Kutipan Ayat Alquran

Oleh Eneng Susanti
17 Januari 2023
0
motto hidup ayat Alquran, cara menjadikan Al-Qur'an sebagai penyembuh

SAHABAT mulia Islampos, ada banyak pelajaran dan hikmah yang bisa dipetik dari Alquran. Banyak pula kutipan ayat Alquran yang bisa...

Lihat LebihDetails

12 Ayat Al-Quran tentang Istiqamah, Dapat Memotivasi Kita

Oleh Sufyan Jawas
31 Oktober 2021
0
Hadist Nabi Tentang Ikhlas

ayat Al-Quran Tentang Istiqamah

Lihat LebihDetails

Syair yang Membuat Imam Ahmad Menangis

Oleh Saad Saefullah
26 Juli 2019
0
Foto: ABC

Wahai Tuhanku, inilah seorang hamba yang kembali, siapalah yang sanggup menerimanya?

Lihat LebihDetails

Jangan Tinggalkan Shalat Meski Badan Kotor saat Kerja, Tidak Semua Kotor Itu Najis

Oleh Yudi
14 Juli 2025
0
agar tidak mengulangi dosa, mengganti shalat wajib, dosa jariyah, mandi, dosa, shalat

"Jika seseorang bekerja dengan pekerjaan yang membuat bajunya selalu kotor, maka itu bukanlah halangan untuk shalat selama tidak terkena najis."

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.