• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Minggu, 13 Juli 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Syi'ar Sirah

Gugurnya Tiga Panglima Pasukan Muslim di Perang Mu’tah

Oleh Yudi
7 tahun lalu
in Sirah
Waktu Baca: 3 menit baca
A A
0
sahabat sawad

Ilustrasi: Pexels

93
BAGIKAN

HITUNGAN waktu saat itu menunjukkan bulan Jumadil ‘Ula, tahun ke-8 Hijriyah. Penguasa imperium Romawi, Heraklius, sudah tak tahan lagi dengan meluasnya pengaruh Islam yang disebarkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam beserta para shahabat yang tanpa kenal lelah dan putus asa itu.

Cemas dan takut memang telah menghantui sang Kaisar. Ia benar-benar melihat adanya bahaya yang amat-sangat yang mengancam eksistensi dan digdaya kerajaan tua itu. Alarm bahaya tersebut tampak terang begitu kekuatan Islam mulai merambah ke wilayah Syam (Syiria)—daerah pendudukan Romawi yang berbatasan langsung dengan daulah Islam yang dipimpin Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.

BACA JUGA: 70 Nama Sahabat Nabi yang Syahid di Perang Uhud

Daripada terpukul mundur dengan menahan beban malu dan kerugian parah, lebih baik membuat serangan mematikan ke pasukan Islam yang sudah melakukan penetrasi di sebagian daerah Syam. Begitu pikiran yang berkembang di dalam benak Heraklius. Negeri kecil inilah yang menjadi aset paling menentukan untuk sebuah grand design eksistensi Romawi.

ArtikelTerkait

7 Fakta Sosok Nabi Musa AS: Nabi Penyelamat Bani Israil

Bagaimana Cara Kerja Pembayaran QRIS dan Bagaimana Sejarahnya?

Abu Bakar: Cinta Sejati pada Rasulullah ﷺ yang Mengalahkan Segalanya

Fatimah Tidak Izinkan Abu Bakar Masuk ke Dalam Rumah, tanpa Izin Suami

Maka, diimplementasikanlah sebuah disain perang besar yang bertujuan untuk melumatkan kekuatan Islam hingga ke akar-akarnya: perang Mu’tah. Tak tanggung-tanggung, perang ini melibatkan sekira 200 ribu pasukan utama Romawi dan langsung dipimpin oleh Heraklius.

Rencana yang disusun dengan tingkat rahasia tinggi itu dimaksudkan untuk memetik kemenangan gemilang. Hanya saja Rasulullah dengan bimbingan Rabb-nya dan kemampuan serta pengalamannya mengatur strategi perang, telah mencium gelagat adanya rencana jahat itu.

Didukung oleh semangat jihad dan ribatul ukhuwwah yang kental di kalangan kaum Muslimin saat itu, dalam tempo singkat, sebelum pasukan Romawi bergerak lebih jauh, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mampu menginstruksikan pemberangkatan pasukan perang. Demi memahami karakter perang yang akan berlangsung sangat sengit ini, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mempersiapkan tiga komandan yang hendak bergantian menjadi persatuan dan ukhuwwah pasukan Islam. Mereka adalah Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Rawahah.

Maksud Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mempersiapkan ketiganya adalah sebagai berikut. Apabila Zaid yang memegang panji Islam dan memimpin perang menemui syahid, maka penggantinya adalah Ja’far. Jika Ja’far pun menemui syahid, komandan perang jatuh pada Abdullah bin Rawahah. Penunjukan tiga pemimpin perang ini terang menunjukkan demikian dahsyatnya medan perang yang bakal dihadapi pasukannya.

BACA JUGA: Ternyata Bukan Hanya Manusia yang Membantu Nabi Isa Berperang di Akhir Zaman Kelak

Maka, diberangkatkanlah tentara Islam menuju Balqa’, wilayah perbatasan Syam. Dalam taujih pemberangkatan mereka, Rasulullah SAW menginstruksikan untuk tetap menjaga soliditas pasukan dengan menyerahkan sikap tunduknya pada pemimpin perang. “Kalian harus tunduk kepada Zaid bin Haritsah sebagai pimpinan. Seandainya ia gugur, pimpinan dipegang oleh Ja’far bin Abi Thalib. Dan seandainya Ja’far gugur pula, maka tempatnya diisi oleh ‘Abdullah bin Rawahah!” sabdanya.

Zaid menjadi shahabat kepercayaan pertama untuk memimpin pasukan. Padahal, jika dilihat dari silsilah kekerabatan, Ja’far—keponakan Rasulullah SAW sebenarnya lebih dekat dengannya. Sedangkan Zaid adalah anak angkatnya yang secara kekerabatan jauh, bahkan tak ada ikatannya.

Di sinilah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mengajarkan tentang ajaran Islam yang lebih menanamkan melihat orang dari derajat ketakwaannya daripada sekadar hubungan sanak-famili. Dengan dasar ini pula ribatul ukhuwwah atau ikatan persaudaraan diukur dari ketinggian taqwa seseorang. Dan Rasulullah SAW telah melihat sosok Zaid yang tinggal serumah dengannya dengan segudang ketakwaan itu.

Tiba di Balqa’ pasukan Islam telah dihadang pasukan Romawi yang berlapis-lapis. Jumlah mereka yang berkali lipat dari pasukan Islam tak menyurutkan semangat jihad. Iman dan taqwa yang telah menyusup ke kalbu dan darah membuat mereka tak gentar sedikit pun. Bahkan, orang-orang beriman itu bahagia dengan dua pilihan pasti: menemui Rabb sesegera mungkin atau menang dengan pertolongan pasukan ghaib yang diturunkan Allah SWT.

Tak pelak, pertempuran sengit segera terjadi. Dentingan pedang yang beradu, anak-anak panah yang melesat dengan cepat ke sasaran lawan, serta ringikan kuda menjadi pemandangan heroik. Sang komandan tidak tinggal diam. Zaid maju ke depan, mengibas-ngibaskan pedangnya ke arah musuh-musuh yang mengerubutinya. Pedang di tangannya itu telah menebas leher beberapa musuh serta menusuk tubuh beberapa di antaranya.

Jumlah pasukan Romawi yang tak sebanding itu terus merangsek. Hingga kilatan pedang musuh berhasil menancap di tubuhnya. Ja’far yang bersiaga menjaganya melihat panji pasukan akan terlepas dari tangan Zaid. Ia segera mengambil dan mengibar-ngibarkannya begitu Zaid menemui ajalnya.

BACA JUGA: Rasul Menangis di Malam Perang Badar

Giliran Ja’far memimpin pasukan selama beberapa saat lamanya. Daya juang pasukan Islam terus ia pompakan, seraya mencari batang leher musuh-musuhnya. Takdir pun menentukan Ja’far juga menjumpai syahid. Begitu pun sebelum panji Islam jatuh ke tanah, Abdullah segera menyambarnya lalu memimpin pasukan.

Dan hingga takdir pun menimpa Abdullah yang perkasa itu di saat pasukannya berada di ambang kemenangan. Jasadnya terkapar di atas medan jihad. Kejadian ini ditangkap oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam di Madinah, yang diberitakan oleh malaikat. Rasul pun meneteskan air mata, antara berduka dan bahagia telah mendidik shahabat-shahabat terbaiknya dengan semangat ukhuwwah yang tak semu. []

SUMBER: Majalah SAKSI, Jakarta

 

Tags: Panglima Perangperangperang muktah
Share93SendShareTweetShareScan
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

6 Keutamaan Berbuat Adil

Next Post

Empat Pelajaran yang Bisa Diambil dari Kisah Abu Jahal

Yudi

Yudi

Terkait Posts

pasukan nabi isa, pemuda, nabi ibrahim, nabi musa

7 Fakta Sosok Nabi Musa AS: Nabi Penyelamat Bani Israil

7 Juli 2025
QRIS

Bagaimana Cara Kerja Pembayaran QRIS dan Bagaimana Sejarahnya?

30 Juni 2025
Ibnu Abbas, Bani Israil, Abu Bakar

Abu Bakar: Cinta Sejati pada Rasulullah ﷺ yang Mengalahkan Segalanya

27 Juni 2025
Penjagaan Allah terhadap Nabi, Abu Bakar

Fatimah Tidak Izinkan Abu Bakar Masuk ke Dalam Rumah, tanpa Izin Suami

12 Juni 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Duit, Uang

Saat Ga Punya Duit, Waduh Rasanya ….

Oleh Saad Saefullah
12 Juli 2025
0

Interview, Hadis tentang Dosa Berbohong, Teman

6 Manfaat Berteman dengan Orang Shaleh

Oleh Dini Koswarini
12 Juli 2025
0

uang, istri, suami, dompet, bank emok

Fenomena Bank Emok dan Dampaknya bagi Masyarakat

Oleh Yudi
12 Juli 2025
0

kecanduan hp, hp, ponsel, anak, otak, suami, istri

Untuk Suami yang Suka Bikin Konten Pamer Kecantikan Istrinya

Oleh Yudi
12 Juli 2025
0

Khauf dan Roja, Manfaat Shalawat bagi Hati, syukur, tawakal, Qadha, Keutamaan Doa di Akhir Sepertiga Malam, Langkah Taubat, Orang yang Dicintai Allah, Cara Menyelidiki Keimanan, Adab Berdoa, Basmallah, Doa

5 Kebaikan bagi Orang yang Berdoa

Oleh Haura Nurbani
12 Juli 2025
0

Terpopuler

5 Negara dengan Rata-Rata IQ Terendah Menurut Penelitian

Oleh Yudi
11 Juli 2025
0
otak, brain rot, cerdas, IQ

Meskipun IQ bukanlah satu-satunya ukuran kualitas manusia, banyak penelitian yang mencoba memetakan rata-rata IQ di setiap negara.

Lihat LebihDetails

5 Prinsip Emas Bisnis Rasulullah yang Relevan Sepanjang Zaman

Oleh Haura Nurbani
11 Juli 2025
0
Leasing, Bisnis

Di era modern yang penuh dengan persaingan ketat dan praktik bisnis yang seringkali jauh dari etika, prinsip-prinsip bisnis Rasulullah menjadi...

Lihat LebihDetails

Cara Singkat Tulis ‘Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ﷺ di Microsoft Word, Ini Dia

Oleh Saad Saefullah
19 Oktober 2024
1
Nabi Muhammad Keutamaan Membaca Sholawat, Waktu Terbaik Bershalawat, Sholawat, Ciri Fisik Rasulullah, Wasiat Nabi Sebelum Wafat, Cara Bershalawat yang Benar kepada Nabi, Keistimewaan Rasulullah, Kebiasaan Nabi Muhammad ﷺ, Rasulullah

Selain untuk membuat karakter shalawat tersebut, kita juga bisa membuat lafadz Allah (ﷲ), Muhammad (ﷴ), Basmalah (﷽), Jalla Jalaluhu (ﷻ)...

Lihat LebihDetails

Syair yang Membuat Imam Ahmad Menangis

Oleh Saad Saefullah
26 Juli 2019
0
Foto: ABC

Wahai Tuhanku, inilah seorang hamba yang kembali, siapalah yang sanggup menerimanya?

Lihat LebihDetails

5 Kebaikan bagi Orang yang Berdoa

Oleh Haura Nurbani
12 Juli 2025
0
Khauf dan Roja, Manfaat Shalawat bagi Hati, syukur, tawakal, Qadha, Keutamaan Doa di Akhir Sepertiga Malam, Langkah Taubat, Orang yang Dicintai Allah, Cara Menyelidiki Keimanan, Adab Berdoa, Basmallah, Doa

Betapa banyak manusia yang berdoa, namun tidak menyadari bahwa setiap doa yang tulus tidak pernah sia-sia.

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.