• Redaksi
  • Iklan
  • Disclaimer
  • Copyright
Senin, 16 Mei 2022
No Result
View All Result
NEWSLETTER
Islampos
No Result
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Ramadhan
  • Cari
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Ramadhan
  • Cari
No Result
View All Result
Islampos
No Result
View All Result
Home Dari Anda Opini

3 Etika Bekerja dalam Islam

by Dini Koswarini
3 bulan ago
in Opini
Reading Time: 4 mins read
0
peran guru kerja keras Kunci Kesuksesan, Ayat-ayat Al-Quran tentang Bekerja, Etika Bekerja, Rekan Kerja Sombong dan Pendengki

Foto: Pixabay

3 Etika Bekerja dalam Islam 1 Etika BekerjaDALAM Islam, apa saja etika bekerja?

“Bertakwalah kepada Allah, bertindaklah yang indah dalam mencari rezeki, ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram.” (HR Ibnu Majah)

Islam adalah agama yang penuh etika. Mulai dari bangun tidur hingga akan beranjak ke tempat tidur kembali semua memiliki etika tersendiri. Dalam bekerja untuk mengais rezeki, pun hendaknya seorang muslim memperhatikan etika-etika dalam bekerja.

Terkait bekerja, Allah swt berfirman. “Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS at-Taubah : 105).

Menurut Ali Ash-Shabuni kata I’malu pada ayat tersebut adalah bentuk fi’il amar (perintah) yang mengandung ancaman (wa’id) yang dapat dimaknakan, “Bekerjalah kamu dari apa saja yang kamu inginkan, tetapi ingat bahwa pekerjaan itu akan dilbatkan dan dinilai oleh Allah, Rasul-Nya dan juga orang-orang mukmin. Engkau akan mempertanggung jawabkan semua yang engkau kerjakan dengan penuh etika dan moral , tentu Allah ridho, tetapi jika sebaliknya pekerjaan itu yang engkau pilih adalah pekerjaan yang jelek, Allah akan memberikan nilai jelek pula padamu.”

Buya Hamka dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini menerangkan bahwa Allah memerhatikan amal kita. Kita tidak lepas dari mata Allah.

Dan di waktu Rasul saw. hidup, beliau pun melihat. Dan kaum yang beriman pun melihat. Sebab itu orang yang beriman, kalau dia beramal tidaklah perlu memukul canang, menyorakkan ke hilir mudik bahwa saya berjasa dan saya kerja keras. Walaupun bekerja diam-diam di tempat sunyi, namun akhirnya pekerjaan yang baik itu akan diketahui orang juga.

BACA JUGA: Ketika Ali Bin Abi Thalib Bekerja pada Orang Yahudi

Walaupun saudara hanya seorang tukang pangkas rambut, ataupun seorang tukang jahit pakaian, pertinggilah mutu pekerjaan itu. Usaha saudara mempertinggi mutu pekerjaan itu, yang terlebih dahulu memerhatikannya ialah Allah sendiri, kemudian itu Nabi ﷺ kita, kemudian itu tiap-tiap orang yang beriman. Demikian Buya Hamka.

Pekerjaan Terbaik menurut Nabi Muhammad, Etika Bekerja
Foto: Freepik

Dalam sebuah hadist, Nabi Muhammad ﷺ memberikan pesan penting terkait etika dalam berusaha. Diriwayatkan Ibnu Majah dari Jabir ra, Nabi bersabda, “Bertakwalah kepada Allah, bertindaklah yang indah dalam mencari rezeki, ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram.”

Fakhruddin Nursyam dalam bukunya, Syarah Lengkap Arbain Tarbawiyah (2006) mengungkapkan bahwa hadist tersebut penuh dengan pesan etika. Secara ringkas, etika pada Allah ialah dengan bertakwa kepada-Nya. Etika kepada sesama dengan menerapkan cara kerja dan sikap yang baik. Sedangkan kepada diri sendiri dengan mengambil yang halal dan menghindari yang haram.

Setidaknya ada tiga dasar etika dalam bekerja:

Pertama, Takwa sebagai landasan.

Takwa akan membuahkan prinsip seorang muslim dalam mengais rezeki. Seorang yang memiliki landasan takwa pasti akan mendahulukan pahala Allah ketimbang keuntungan duniawi.

Seorang muslim hendaknya menyikapi usaha dan kerjanya sebagai bentuk dzikir kepada Allah. Ia berusaha meraih ridho dan pahala Allah melalui usahanya itu. Hal tersebut berarti bahwa ia harus menaati aturan Allah sebelum aturan manusia.

Loading...

Dengan takwa, ketika mengalami musibah, kegagalan dan kerugian ia juga tidak menggerutu dan berburuk sangka pada-Nya. Apalagi jika sampai mengambil jalan pintas dengan menempuh jalan yang haram. Ia justru terhiasi dengan sikap Qonaah.

Qonaah (merasa cukup) dan bersyukur ialah kunci kebahagiaan dunia akhirat. Sebagaimana hadist, “Sungguh beruntung seorang yang beragama Islam, diberi rezeki yang cukup dan dijadikan puas (Qonaah) oleh Allah atas apa yang diberikan kepadanya.” (HR Muslim)

Pengertian dan Syarat Nazar, Pekerjaan Terbaik menurut Nabi Muhammad, Cara Mengelola Keuangan dengan Benar, Pensiun Islami, Etika Bekerja
Foto: Pexels

Kedua, Mencari Rezeki dengan Keindahan.

Di antara sikap indah yang diajarkan Islam dalam rangka usaha dan bisnis ialah mengawali usaha dengan doa dan meniatkan usahanya sebagai fardhu kifayah.

Imam Ghazali menjelaskan bahwa dalam berwirausaha atau berjual beli hendaknya seorang muslim berniat melakukan suatu kewajiban yang tergolong fardhu kifayah. Karena seandainya ia meninggalkan profesi ini dan tidak ada yang melakukannya, maka kelancaran urusan kaum muslimin akan terganggu..”

Islam juga mengajarkan agar berangkat kerja dengan semangat dan optimis. Rasulullah Saw memotivasi ummatnya dengan berdoa, “Ya Allah, berkahilah umatku yang datang lebih awal ke tempat kerjanya.” (HR Ahmad). Nabi juga mengajarkan keyakinan bahwa sesiapa yang bekerja dan bertawakkal pasti Allah berikan rezeki seperti burung yang pergi dalam keadaan lapar dan pulang dengan kenyang.

Tentunya sikap indah yang utama dari bekerja ialah bahwa aktivitas bisnis tersebut tidaklah sampai menjadikannya lupa kepada dzikrullah, aturan Allah dan urusan akhirat. Seperti tidak tamak,tidak bersumpah untuk menutupi dusta, menjauhkan diri dari penipuan.

Firman Allah, “Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari mengingat Allah dan dari mendirikan sholat, dari menunaikan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang di hari itu hati dan penglihatan itu goncang.” (QS An-Nur : 37)

Ketiga, Menyelematkan diri dengan mengambil yang halal dan menjauhkan yang haram.

Seorang mukmin akan berhati-hati dalam usahanya, jangan sampai memakan sesuatu yang haram karena Rasul Saw bersabda,”Tidak akan masuk surga tubuh seseorang yang diberi makan dengan sesuatu yang haram.”

Langkah konkrit dari hal tersebut ialah tidak mengusahakan sesuatu yang haram seperi memperjualbelikan yang haram, bekerja di bidang prostitusi maupun perdukunan. Selain itu, tidak mengusahakan sesuatu dengan cara yang haram misalnya melakukan jualbeli dengan cara yang diharamkan seperti menipu dan merugikan orang.

Selanjutnya, bukti nyata etika seorang mukmin terhadap diri sendiri dalam bekerja yakni tidak mendayagunakan hasil kerja untuk sesuatu yang haram.

Misalnya membeli hal-hal yang diharamkan seperti minuman keras, narkoba walaupun dari hasil kerja yang halal. Lebih jauh dari itu, seorang mukmin akan meninggalkan sesuatu yang syubhat (tidak jelas kehalalan) karena bisa mengantarkan kepada yang haram.

Audit Syariah, Etika Bekerja
Foto: Pexels

BACA JUGA:  Begini Etika Bekerja Menurut Islam

“Barangsiapa menghindari perkara-perkara syubhat, maka ia telah memelihara agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang jatuh ke dalam perkara syubhat maka ia telah jatuh ke dalam perkara yang haram.” (HR Bukhari Muslim).

Penutup

Islam adalah agama yang penuh dengan etika termasuk dalam hal bekerja. Bekerja adalah sesuatu yang mulia dalam Islam. Etika dalam bekerja setidaknya mencakup tiga hal yakni etika kepada Allah dengan takwa.

Etika kepada sesama dengan sikap dan cara yang baik dalam berusaha. Serta kepada diri sendiri dengan mengambil yang halal dan menjauhi hal yang haram. Wallahua’lam.

Tags: Etika Bekerjaetika bekerja dalam islam
ShareSendShareTweet



loading...
loading...
Previous Post

Jika Istri Pergi dari Rumah karena Marah kepada Suami, Ini Hukumnya

Next Post

Apa Hukum Makmum Masbuk Shalat Jumat?

Dini Koswarini

Dini Koswarini

Related Posts

berapa jumlah rakaat shalat dhuha Keutamaan Shalat Dhuha waktu shalat dhuha, Hikmah Shalat, Keutamaan Sholat Qobliyah Subuh, shalat

Ada Apa dengan Shalat Kita?

12 Mei 2022
Taqabbalallahu Minna Wa Minkum

Taqabbalallahu Minna Wa Minkum

30 April 2022
Orang yang Beramal, Percaya pada Qada dan Qadar, Penyebab Azab, rezeki

Rezeki, Cukuplah dari Allah Saja

26 April 2022
Foto: Google Image

Bersama Al-Aqsa

19 April 2022
Please login to join discussion
Advertisements

Ramadhan

Shalat, Ngantuk

Ingin Shalat Tapi Mengantuk, Bagaimana?

by Eva F Hasan
6:30 am
0

...

sunah harian kurma

Kenapa Berbuka Puasa dengan Kurma?

by Eneng Susanti
7:15 pm
0

...

Foto: Daily Mail

Shalat Tahajjud setelah Shalat Witir, Bolehkah?

by Saad Saefullah
5:20 pm
0

...

Foto: WebMuslimah

Bagaimanakah Puasanya Umat Sebelum Kita?

by Eva F Hasan
10:20 am
0

...

Foto: Unsplash

Apa Saja Tanda-tanda Lailatul Qadar? Ini Penjelasannya

by Yudi
8:30 am
0

...

ADVERTISEMENT
Facebook Twitter Youtube Pinterest

On Facebook

Navigasi

  • Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

No Result
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Ramadhan
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.