PRANCIS–Poster sebuah film di Prancis menuai kontroversi. Setelah pemuatan karikatur nabi Muhammad SAW di sebuah majalah Prancis, lalu diperlihatkan oleh seorang guru di sebuah kelas, kini muncul sebuah poster yang kembali menghina dan menyudutkan Islam di negara tersebut.
Poster itu menampilkan seorang pria hampir telanjang yang mengenakan cincin bertuliskan ‘Allah’ dalam huruf Arab. Itu adalah poster film Borat 2 yang dipasang di badan bus. Poster ini kembali menyulut amarah.
Daily Mail melaporkan, penduduk setempat yang marah telah turun ke media sosial, menuduh pemerintah kota menghina Islam. Sementara jaringan transportasi utama Paris RATP menolak untuk menghapus poster tersebut.
Menurut The Times, penolakan RATP untuk menghapus poster dari transportasi umum “mencerminkan dorongan Presiden Macron dan pemerintahnya untuk menolak apa yang mereka lihat sebagai tuntutan sensor yang datang dari Muslim fundamentalis.”
BACA JUGA: Bela Islam, Ikatan Ulama Palestina Gelar Aksi Kecam Presiden Prancis
Satu area di mana poster “Borat 2” dihapus dari bus adalah jaringan TICE di pinggiran selatan Évry. Daerah ini memiliki “populasi imigran Muslim yang besar”. Manajemen TICE mengatakan poster itu dihapus bukan karena keluhan, tetapi karena organisasi menganggap “humor yang tidak biasa” yang dipajang “tidak pantas” untuk transportasi umum.
RATP juga membantah klaim media sosial yang menuduh poster “Borat 2” menyebabkan serangan lemparan batu ke bus selama akhir pekan di daerah kota dengan populasi imigran besar. RATP mengatakan, serangan seperti itu biasa terjadi selama Halloween.
Poster yang dapat dilihat di sisi banyak bus Paris itu menampilkan aktor Inggris Baron Cohen mengenakan cincin emas dengan kata ‘Allah’ tertulis di atasnya dalam bahasa Arab. Dia hanya mengenakan masker wajah untuk menutupi alat kelaminnya sebagai penghormatan kepada ‘mankini’ karakter Borat yang dipakai di film pertama.
Bintang Borat, Baron Cohen, tak asing dengan kontroversi. Dia telah membuat marah banyak orang di Kazakhstan yang mayoritas Muslim tempat karakter yang diamainkannya itu berasal.
Dalam kedua film Borat tersebut, aktor Yahudi itu memerankan Borat Sagdiyev, seorang presenter televisi Kazakhstan yang tidak relevan. Dia menunjukkan negara itu sebagai kerangka waktu Soviet yang terbelakang dan dilanda kemiskinan.
Asosiasi Amerika Kazakhstan menuduh film Borat mempromosikan ‘rasisme, perampasan budaya dan xenofobia’. Lebih dari 100.000 orang di Kazakhstan telah menandatangani petisi #cancelborat, menuntut agar film tersebut dilarang.
Poster film Borat tersebut muncul di tengah ketegangan di Prancis yang terjadi antara pihak pemerintah Prancis yang berpendapat bahwa mengejek agama adalah bagian dari kebebasan berbicara, dan Muslim baik di Prancis maupun sekitarnya yang merasa disudutkan dan tidak dihormati oleh sikap Prancis.
Protes massal telah terjadi di negara-negara mayoritas Muslim di seluruh dunia atas komentar yang dibuat oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron yang membela penggambaran karikatur kontroversial Nabi Muhammad SAW.
BACA JUGA: Protes Macron, Karawang Boikot Produk Asal Prancis
Representasi visual nabi Muhammad SAW dilarang dalam Islam. Sementara Presiden Prancis melegalkan hal itu.
Sikap Macron mencerminkan Prancis yang sangat sekuler. Macron awalnya membuat komentar membela penggambaran Nabi Muhammad SAW setelah Samuel Paty, seorang guru sekolah menengah, dipenggal di sebuah jalan di Conflans-Sainte-Honorine, pinggiran kota Paris, pada 16 Oktober.
Paty dibunuh setelah dia menunjukkan karikatur Nabi yang diterbitkan oleh majalah Charlie Hebdo dan membawanya ke sebuah forum diskusi. Setelah kematiannya, Paty dianugerahi penghargaan tertinggi oleh Prancis. Tak lama kemudian, karikatur Nabi juga dipasang di kantor-kantor pemerintahan Prancis.
Setelah serangan terjadi di kantor Charlie Hebdo pada 2015 lalu saat majalah itu menerbitkan karikatur Nabi yang pertamakalinya memicu reaksi keras dan potes, ketegangan kembali terjadi saat kartun itu diterbitkan ulang beberapa bulan lalu (2020).
Selain pembunuhan Paty, Prancis juga dilanda teror. Pada 29 Oktober 2020 lalu, 3 orang tewas akibat serangan di sebuah gereja Katolik di kota selatan Nice. Penyerangnya tiba di Prancis hanya beberapa hari sebelum melakukan penyerangan di Basilika Notre-Dame. []
SUMBER: DAILY MAIL | INDIE WIRE