IBNUL Qayyim Al-Jauziyyah berkata bahwa tahapan wahyu adalah sebagai berikut:
1. Mimpi yang hakiki. Ini merupakan permulaan wahyu yang turun kepada Nabi ﷺ.
2. Sesuatu yang dibisikkan ke dalam hati beliau, tanpa dilihatnya. Ini seperti yang disabdakan oleh Nabi:
“Ruhul Qudus menghembuskan ke dalam hatiku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sebelum disempurnakan rezekinya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah, baguskanlah dalam meminta, dan janganlah kalian menganggap lamban datangnya rezeki, sehingga kalian mencarinya dengan cara mendurhakai Allah, karena apa yang ada di sisi Allah Ta’ala tidak akan bisa diperoleh kecuali dengan menaati-Nya.”
BACA JUGA: Ternyata Ini Pekerjaan 25 Nabi Selain Menyampaikan Wahyu Allah
3. Malaikat muncul di hadapan Nabi ﷺ dalam rupa seorang laki-laki, lalu berbicara dengan beliau hingga beliau bisa menangkap secara langsung apa yang dibicarakannya. Dalam tingkatan ini kadang-kadang para sahabat juga bisa melihatnya.
4. Wahyu itu datang menyerupai bunyi lonceng. Ini merupakan wahyu yang paling berat dan malaikat tidak terlihat oleh pandangan Nabi, hingga dahi beliau berkerut mengeluarkan keringat sekali pun pada waktu yang sangat dingin, dan hingga hewan tunggangan beliau menderum ke tanah jika beliau sedang menaikinya. Wahyu ini sekali pernah datang tatkala paha beliau berada di atas Zaid bin Tsabit, sehingga Zaid merasa keberatan dan hampir saja dia tidak kuat menyangganya.
5. Rasulullah ﷺ bisa melihat malaikat dalam rupa aslinya, lalu menyampaikan wahyu seperti yang dikehendaki Allah Ta’ala kepada beliau. Yang demikian pernah beliau alami dua kali. sebagaimana yang disebutkan Allah Ta’ala dalam surat An-Najm (ayat 13-14, dan surat At-Takwir ayat 22-23-pnj).
6. Wahyu yang disampaikan Allah Ta’ala kepada beliau, yaitu di atas lapisan-lapisan langit pada malam Mi’raj, berisi kewajiban shalat dan lain-lainnya.
7. Allah Ta’ala berfirman secara langsung dengan Rasulullah ﷺ tanpa menggunakan perantara, sebagaimana Allah berfirman dengan Musa bin Imran. Wahyu semacam ini secara pasti berlaku bagi Musa berdasarkan nash Al-Qur’an dan menurut penuturan beliau dalam hadits tentang Isra.’
BACA JUGA: Tidak Ada Lagi Wahyu kepada Nabi, Apa Tugas Malaikat Jibril Sekarang?
Sebagian pakar sejarah menambahi dengan tingkatan wahyu yang kedelapan, yaitu Allah Ta’ala berfirman secara langsung di hadapan beliau tanpa ada tabir. Ini termasuk masalah yang diperselisihkan di antara ulama salaf dan khalaf.
Begitulah uraian singkatan tentang tahapan-tahapan wahyu, dari yang pertama hingga kedelapan (Zadul Ma’ad, 1/18). Namun, yang pasti tingkatan terakhir ini merupakan pendapat yang tidak kuat.[]
SUMBER: HUMAYRO