NAMANYA mungkin jarang dikenang. Tapi Ummahatul Mukminin Aisyah, menyebutkan laki-laki ini termasuk dari tiga laki-laki Anshar yang paling utama. “Ada tiga Anshar yang keutamaannya tidak dapat ditandingi oleh siapapun. Mereka adalah Saad bin Muadz, Usaid bin Hudhair, dan Abbad bin Bisyir.
Dia beriman sejak mendengar penjelasan Mushab bin Umair. Dia buktikan keimanannya dengan selalu berada di barisan terdepan dalam peperangan bersama Rasulullah. Dia juga gambaran ahli ibadah yang sangat khusyu. Seperti sebuah kisah indah yang ditorehkan setelah perang Dzatur Riqa.
BACA JUGA: Dimana Nabi Adam Pertama Kali Menginjakkan Kaki di Bumi?
Setelah berhasil menghadapi musuh di perang itu, Rasulullah memutuskan untuk bermalam di suatu tempat. Beliau memilih beberapa sahabat untuk berjaga secara berkelompok. Salah satunya Abbad yang satu tim Bersama Ammar bin Yasir. Abbad yang melihat temannya sudah kelelahan, memberikan usul agar selama ia berjaga, Ammar tidur. Dan setelah amar cukup istirahat, dia akan gantian tidur.
Abbad melihat sekelilingnya dalam kondisi aman. Dia pun berpikir untuk melakukan shalat agar mendapat pahala tambahan. Maka, dia pun bergegas untuk melakukan shalat malam. Ketika sedang membaca surat setelah Al-Fatihah, sebuah panah tiba-tiba menancap pahanya. Abbad yang merasa sayang untuk membatalkan shalatnya hanya mencabut panah dari pahanya, dan tetap melanjutkan shalatnya.
Tak berapa lama musuh memanahnya lagi. Dan seperti yang pertama, Abbad hanya mencabut panah tanpa membatalkan shalat. Panah ketiga datang lagi. Abbad pun mencabut dan mengakhiri bacaannya. Lalu ruku dan sujud. Ketika sujud, tangannya menarik-narik panah di tubuh Ammar yang berada dekat dengannya.
“Gantikan aku… gantikan aku berjaga, aku kena panah,” ujar Abbad terputus-putus.
Sontak Ammar terbangun dengan membuat kegaduhan. Lalu menengok ke arah temannya, “Subhanallah, kenapa aku tidak dibangunkan ketika engkau mendapat panah yang pertama?”
BACA JUGA: Hamzah bin Abdul Muthalib, Paman yang Dikasihi Nabi
“Ketika aku shalat tadi, aku membaca ayat-ayat yang cukup mengahrukan. Sungguh, aku merasa sayang untuk mengakhirinya. Kalau tidak karena takut membuat pos ini dalam bahaya, aku pasti lebih suka terpanah sampai mati, daripada menghentikan bacaanku,” ujar Abbad lemah.
Begitulah cintanya Abbad pada Allah SWT. Hal itu membuatnya diberkahi karunia, dan selalu dibertai cahaya Allah. Para sahabat selalu melihat jika malam-malam mereka berjalan Bersama Abbad, selalu ada berkas cahaya di depan jalan yang akan dilaluinya. []
REDAKTUR: NUNUNNG MUNAWAROH
Sumber: Sirah 60 Sahabat Nabi Muhammad SAW/Ummu Ayesha/Gramedia Pustaka Umum