• Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
Jumat, 26 Februari 2021
No Result
View All Result
NEWSLETTER
Islampos
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Muslimtrip
  • Muslimbiz
  • Beginner
  • Syiar
  • Keluarga
  • Dari Anda
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Muslimtrip
  • Muslimbiz
  • Beginner
  • Syiar
  • Keluarga
  • Dari Anda
No Result
View All Result
Islampos
No Result
View All Result

Boleh Bebas, tapi …

Redaktur Dini Koswarini
1 tahun ago
in Tirai Kamar
Reading Time: 2min read
0
Alami “Edi”, Mestikah Jujur pada Calon Istri?

Foto: Ikea

ISLAM sudah menetapkan beberapa peraturan yang sudah definitif soal urusan tempat tidur. Tidak seperti dalam literatur medis yang cenderung membolehkan apapun—asal aman untuk kesehatan tubuh—Islam juga sangat memperhatikan aspek-aspek lainnya; psikologis, moral, dan sosial.

Dalam perspektif syariat sendiri hubungan intim bukan sesuatu yang tabu. Ini dibuktikan, dimana Al-Quran pada beberapa ayatnya membicarakan masalah seks dengan tata bahasa yang santun lagi mendidik. Misalnya saja:

“Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: haid itu adalah suatu kotoran. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid. Dan, janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka di tempat yang Allah perintahkan kepadamu. Sesung-guhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucian diri,” (QS. Al-Baqarah ayat 222).

“Isteri-isterimu seperti tanah tempat kamu bercocok-tanam. Maka, datangilah tanah tempat bercocok-tanammu bagaimana saja yang kamu kehendaki. Kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu dan bertakwalah kepada Allah. Ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Berilah kabar gembira orang-orang yang beriman,” (QS. Al-Baqarah ayat 223).

Begitu juga dengan posisi berhubungan intim dengan pasangan sah. Di masa Rasul SAW, masalah posisi ini pernah menjadi sesuatu yang kontroversial. Orang di Mekkah biasa melakukan hubungan intim dengan isteri mereka menggunakan berbagai gaya. Orang di Madinah tidak begitu, mereka hanya menggauli isteri dari arah depan.

Sesudah orang Islam Mekkah berhijrah ke Madinah, salah seorang pemuda muslim Mekkah menikahi gadis muslimah Madinah. Ia pun menggauli isterinya dengan berbagai gaya, seperti umumnya orang-orang Mekkah. Isterinya yang dibesarkan di Madinah kontan menolak. Ia meyakini bahwa jika berjima’ dari arah belakang maka anak yang lahir hasil dari hubungan tersebut akan bermata juling.

Apalagi dalam persepsi masyarakat Madinah sendiri hal itu dipercaya sebagai suatu aib. Bila ditelusuri ternyata keyakinan itu disebarkan oleh orang-orang Yahudi Madinah.

Problem menyangkut seorang suami yang berhubungan intim dengan isterinya itu melalui berbagai cara telah dijelaskan oleh Al-Quran. Kalimat: “Datangilah tempat bercocok-tanammu bagaimana saja yang kamu mau“, ini statemen luar biasa yang mementahkan pernyataan yang diajukan oleh Yahudi. Dengan gubahan sastra yang tinggi, sangat santun Al-Quran menghadirkan analogi hubungan intim antara suami-isteri itu sehingga daya pikir kita dengan sangat mudah pula mencernanya.

Jika kita cermati, benar-benar Allah SWT memahami tabiat manusia yang biasanya akan cepat terjangkiti sifat jenuh dengan aktivitas atau suatu hal yang tidak berubah-ubah. Suami-isteri yang jika berhubungan intim hanya dengan gaya yang tidak pernah berganti.

Barangkali pada satu tipikal orang hal itu dapat diterima tanpa ada permasalahan apa-apa, tapi ada banyak orang yang kerap ingin berkreasi, mencoba hal-hal baru dalam hubungan biologis, karena tidak puas dengan satu posisi saja. Al-Quran mengakomodasi tiap-tiap kecenderungan tersebut. Isterimu adalah ladangmu, silahkan berkreasi dalam mengolah ladang.

Dengan demikian kita telah bisa memahami melalui nash (teks) ayat dan hadits tadi bahwa syariat melegitimasi suami-isteri melakukan hubungan intim dengan cara apa pun dengan syarat yang sudah Rasulullah paparkan. Kemudian, setelah bahasan tekstual tadi kita beralih ke tataran konstektual. []

Tags: hubungan suami istri
Dini Koswarini

Dini Koswarini

Related Posts

6 Pertanyaan Umum soal Berhubungan Suami-Istri di Bulan Ramadhan

Jika Tidur dalam Kondisi Junub

23 Februari 2021
Jika Jima untuk Hasilkan Keturunan

Jika Jima untuk Hasilkan Keturunan

22 Februari 2021
Ciptakan Romantisme, Jadilah Pengantin Baru Forever

Ciptakan Romantisme, Jadilah Pengantin Baru Forever

19 Februari 2021
Doa Agar Tidak Diganggu Setan Ketika Berhubungan

Doa Agar Tidak Diganggu Setan Ketika Berhubungan

15 Februari 2021
Buka Lagi
Selanjutnya
Siapakah Saudara yang dirindukan Nabi?

Rahasia Besar di 10 Muharram

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertisements

Terbaru

Nasihat Iblis kepada Nabi Yahya
Sirah

Sumpah yang Datang dari Setan

Redaktur Saad Saefullah
4 jam ago
Tips Mudah Memaafkan Kesalahan Orang Lain
Uncategorized

Jangan Takut pada Kegagalan

Redaktur Laras Setiani
5 jam ago
12 Kesyirikan yang Dianggap Tradisi
Kolom

Mencela Sahabat Nabi Adalah Dosa Besar

Redaktur Yudi
5 jam ago
Travelers, Ini Tips Berwisata di Bulan Ramadhan
Islam 4 Beginner

Kerap Diabaikan, Ini Sunah Nabi Usai Bepergian

Redaktur Eneng Susanti
5 jam ago

On Facebook

Navigasi

  • Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi

About Us

Membuka, menginspirasi, free to share

  • Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi

© 2019 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Ramadan
    • Tanya Jawab Ramadhan
    • Tsaqofah Ramadhan
    • Video Ramadhan
    • Fiqh Ramadan
    • Kesehatan Ramadhan
    • Kultum Ramadhan
  • Muslimbiz
  • Muslimtrip
  • Beginner
  • Keluarga
  • Sirah
  • Syiar
  • Muslimah
  • Dari Anda
  • Donasi

© 2019 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Add Islampos to your Homescreen!

Add