SUDAH menjadi tabiat manusia untuk selalu ingin hidup senang dan bahagia. Namun, hidup senang bukan berarti bebas dari cobaan. Hidup senang bisa melalaikan dan lupa kepada Sang Pemberi Nikmat yakni Allah Azza wa Jalla. Allah mengancam manusia-manusia yang lalai dari-Nya akibat bermegahan dalam harta dunia dengan Neraka Jahim. Kelak para penghuni neraka itu melihat api yang sedang bergolak dengan dahsyat.
Maka, semakin menyesallah orang-orang yang lalai dan selamatlah orang-orang yang berbekal takwa. Rasulullah SAW bersabda:
“Demi Allah. Bukanlah kemiskinan yang aku khawatirkan menimpa kalian. Akan tetapi aku khawatir ketika dibukakan kepada kalian dunia sebagaimana telah dibukakan bagi orang-orang sebelum kalian. Kemudian kalian pun berlomba-lomba dalam mendapatkannya sebagaimana orang-orang yang terdahulu itu. Sehingga hal itu membuat kalian menjadi binasa sebagaimana mereka dibinasakan olehnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Abu Hurairah ra meriwayatkan: Nabi SAW bersama Abu Bakar Ash-Shidiq dan Umar bin Khattab, keluar dalam keadaan lapar menuju rumah salah seorang sahabat Anshar, Abu Ayyub Al-Anshari.
Ketika bertemu dengan sahabat yang dimaksud, Abu Ayub memandang Rasulullah SAW dan dua orang sahabatnya. Lalu, dia berkata, “Segala puji bagi Allah, pada hari ini aku tidak mendapatkan tamu-tamu yang lebih mulia selain dari tamuku.”
Selanjutnya, Abu Ayub menghidangkan makanan dan minuman, ada juga kurma segar dan kurma yang sudah dikeringkan.
Abu Ayub berkata, “Makanlah hidangan ini.”
Lalu Abu Ayub menyembelih domba miliknya, dan setelah dimasakkan maka dihidangkanlah untuk ketiga orang mulia tersebut.
Mereka semua makan dan minum dengan puasnya. Setelah mereka kenyang, Nabi SAW berkata kepada Abu Bakar dan Umar, “Demi yang diriku ada di Tangan-Nya, kalian benar-benar akan ditanya tentang kenikmatan ini pada hari kiamat. Rasa lapar telah membuat kalian keluar dari rumah, kemudian kalian tidak kembali melainkan setelah mendapat kenikmatan ini.”
Nah, jika dari makanan yang halal dan sedikit saja akan Allah SWT tanyakan. Lantas bagaimana dengan harta melimpah yang ditumpuk-tumpuk dalam perlombaan bermegah-megahan? Tentu semakin rumit jawabannya.
Dan hal ini yang paling dikhawatirkan oleh Nabi SAW. Bukan soal kemiskinan, tapi justru kekayaan yang melalaikan. Wallahualam. []