PADA pagi yang hening di tanggal 29 Mei 1453, sejarah dunia berubah untuk selamanya. Kota Konstantinopel—jantung kekaisaran Bizantium, simbol kekuatan dunia lama—akhirnya runtuh di tangan seorang pemuda berusia 21 tahun. Dialah Sultan Muhammad II, yang dunia mengenalnya sebagai Al-Fatih, Sang Penakluk.
Tapi kemenangan itu bukan sekadar hasil dari kekuatan militer…
Ia adalah buah dari keyakinan, ilmu, dan doa yang tak pernah putus.
Sejak kecil, Al-Fatih dididik bukan hanya dengan ilmu pedang dan strategi perang, tetapi juga dengan al-Qur’an, tauhid, dan mimpi besar. Ia tumbuh dengan satu cita-cita: menjadi pemimpin yang dijanjikan dalam sabda Rasulullah ﷺ:
BACA JUGA: Berapa Jarak Waktu yang Disebutkan oleh Rasulullah dengan Penaklukan Konstantinopel oleh Al-Fatih?
“Konstantinopel pasti akan ditaklukkan. Maka sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinnya, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya.” (HR. Ahmad)
Dengan keyakinan itu, Al-Fatih membawa 250.000 pasukan, meriam raksasa yang belum pernah dilihat dunia, dan iman yang tak tergoyahkan. Mereka mengepung kota itu selama 53 hari. Musuh mengandalkan benteng kokoh, laut sebagai pelindung, dan keangkuhan ribuan tahun sejarah. Tapi Al-Fatih punya satu kekuatan yang tak mereka miliki: janji Allah dan Rasul-Nya.
Ia menggerakkan kapal melewati daratan, menembus batas logika, hanya untuk menunjukkan bahwa bagi orang beriman, tak ada yang mustahil.
Dan ketika matahari terbit di pagi itu, suara takbir menggema dari menara Hagia Sophia. Kota yang selama 1000 tahun menjadi simbol kekuasaan Romawi Timur kini berada dalam genggaman Islam.
Bukan dengan pembantaian.
Bukan dengan penghinaan.
Tapi dengan keadilan, rahmat, dan kemuliaan akhlak.
Hagia Sophia tidak dihancurkan, tapi diubah menjadi masjid—sebuah tanda bahwa penaklukan ini bukan sekadar kemenangan militer, tapi kemenangan iman atas kezaliman, ilmu atas keangkuhan, dan doa atas dinding-dinding raksasa.
Penutup Renungan:
Wahai jiwa-jiwa muda…
Jangan remehkan mimpimu.
Jangan padamkan semangatmu.
Sebab di dalam dada seorang pemuda yang beriman…
Tersimpan kekuatan yang bisa mengubah dunia.
Jumlah Pasukan Al-Fatih
Muhammad Al-Fatih membawa sekitar 150.000 pasukan ketika menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 M. Jumlah ini mencakup:
Prajurit infanteri dan kavaleri
Pasukan elit Janissary (Infanteri khusus Kesultanan Utsmaniyah)
BACA JUGA: Kapan Konstantinopel Ditaklukan?
Insinyur militer dan tenaga ahli
Armada laut sekitar 400 kapal, termasuk kapal perang dan kapal pengangkut.
Selain jumlah pasukan yang besar, Al-Fatih juga membawa meriam raksasa buatan ahli Hungaria bernama Orban, yang digunakan untuk menghancurkan tembok besar kota Konstantinopel—tembok yang selama berabad-abad dianggap tidak bisa ditembus.
Kemenangan ini bukan hanya karena jumlah pasukan, tetapi juga karena strategi militer yang cerdas, semangat juang yang tinggi, dan persiapan logistik yang matang. []