BENJAMIN Netanyahu, Perdana Menteri Israel yang menjabat dalam beberapa periode sejak 1996, telah menjadi simbol dominasi militer dan penindasan terhadap rakyat Palestina, khususnya umat Islam yang tinggal di Jalur Gaza, Tepi Barat, dan wilayah Yerusalem Timur. Di bawah kepemimpinannya, agresi militer terhadap Palestina sering kali meningkat tajam, meninggalkan jejak penderitaan yang mendalam bagi rakyat yang tak bersenjata.
1. Serangan Brutal ke Gaza
Netanyahu tercatat memimpin serangan besar-besaran ke Jalur Gaza pada tahun 2008–2009, 2012, 2014, dan terbaru pada tahun 2021 dan 2023–2024. Ribuan warga sipil Palestina gugur, termasuk wanita dan anak-anak. Rumah sakit, masjid, dan sekolah menjadi target serangan, yang diduga kuat melanggar hukum internasional dan prinsip kemanusiaan.
BACA JUGA: Apa Itu Iron Dome Israel?
2. Ekspansi Permukiman Ilegal
Selama masa kepemimpinannya, pembangunan permukiman Yahudi ilegal di wilayah Tepi Barat meningkat pesat, mengusir penduduk Palestina dari tanah mereka sendiri. Kebijakan ini menyalahi hukum internasional, namun tetap dijalankan dengan dalih “keamanan nasional,” mempersempit ruang hidup bagi rakyat Palestina.
3. Pengepungan Gaza
Netanyahu juga dikenal sebagai arsitek dari pengepungan ekonomi dan militer atas Jalur Gaza yang berlangsung sejak 2007. Blokade ini membuat dua juta penduduk Gaza hidup dalam keterbatasan air bersih, listrik, layanan kesehatan, dan kebebasan bergerak. Ini bukan hanya sebuah krisis politik, tapi juga tragedi kemanusiaan yang terus berlangsung.
4. Penodaan Masjid Al-Aqsha
Di bawah kebijakan Netanyahu, penyerbuan rutin pasukan Israel ke dalam kompleks Masjid Al-Aqsha menjadi peristiwa yang sangat melukai hati umat Islam dunia. Di bulan Ramadhan, umat Islam yang sedang beribadah kerap diusir dengan gas air mata dan peluru karet. Hal ini memicu kemarahan dunia Islam, yang melihatnya sebagai pelecehan terhadap tempat suci.
BACA JUGA: 5 Strategi Menghancurkan Militer Penjajah Israel dalam Perspektif Al-Qur’an
Renungan: Sampai Kapan Dunia Diam?
Apakah darah anak-anak Gaza belum cukup membuat hati nurani dunia tergerak? Apakah air mata para ibu Palestina belum cukup untuk mengoyak kemanusiaan? Dunia modern bicara soal hak asasi manusia, tapi mengapa suara Palestina dibiarkan tenggelam di balik propaganda dan politik kekuasaan?
Netanyahu mungkin kuat secara militer dan diplomasi, tapi sejarah mencatat: kezaliman tidak akan kekal. Sebagaimana Fir’aun yang ditenggelamkan, sebagaimana Namrud yang dibinasakan, kezaliman selalu punya akhir.
“Dan janganlah kamu mengira bahwa Allah lengah terhadap apa yang diperbuat oleh orang-orang zalim. Sesungguhnya Allah menangguhkan mereka sampai hari yang pada waktu itu mata mereka terbelalak.”
📖 (QS. Ibrahim: 42) []