TANYA: Benarkah jika makan kurma saat berbuka harus dengan jumlah ganjil?
JAWAB: Tidak ditetapkan riwayatnya di dalam sunnah bahwa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- berbuka dengan ruthab atau kurma dengan jumlah yang ganjil. Maka seorang muslim dalam rangka mengikuti sunnah agar berbuka dengan ruthab atau kurma tanpa perlu menghitungnya.
BACA JUGA: Dari Sahur hingga Buka Puasa, Inilah 6 Amalan Sunah di Bulan Ramadhan
Syeikh Ibnu Utsaimin –rahimahullah- berkata: “Tidak ada kewajiban –bahkan bukan termasuk sunnah- bahwa seseorang berbuka dengan jumlah ganjil: 3, 5, 7 atau 9 kecuali pada hari raya idul fitri telah ditetapkan riwayatnya bahwa Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- tidak beranjak menuju tempat shalat pada hari raya idul fitri sampai beliau memakan beberapa butir kurma dengan jumlah yang ganjil. Selain dari pada itu maka Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- tidak bermaksud memakan kurma dengan jumlah yang ganjil”. (Fatawa Nur ‘Ala Darb: 11/2) sesuai dengan penomoran di Maktabah Syamilah.
Adapun hadits Anas, bahwa dia berkata:
” كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحِبُّ أَنْ يُفْطِرَ عَلَى ثَلَاثِ تَمَرَاتٍ ، أَوْ شَيْءٍ لَمْ تُصِبْهُ النَّارُ ” فرواه أبو يعلى (3305) ، فهو حديث ضعيف لا يثبت ، انظر : “الضعيفة” للألباني (966) .
“Bahwa Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- menyukai untuk berbuka dengan tiga kurma atau dengan sesuatu yang tidak tersentuh oleh api (tidak dimasak)”. (HR. Abu Ya’la: 3305, hadits ini dha’if tidak bisa dipastikan) Baca juga Ad Dha’ifah karya Albani: 966.
Ada sebagian ulama yang mensunnahkan bilangan ganjil dalam segala hal, Syekh Sholeh Al Fauzan –hafidzahullah- pernah ditanya: “Apakah bilangan ganjil itu berlaku pada semua hal yang mubah, seperti minum kopi atau yang lainnya atau hanya pada sesuatu yang ada dalilnya saja?”
BACA JUGA: 4 Tips Agar Tidak Mudah Batal Puasa
Syekh menjawab yang intinya: “Semua perbuatan dan perkataan dilakukan dengan ganjil, ini menjadi bagian dari sunnah”.
Syeikh Abdul Karim Al Khudhair –hafidzahullah- pernah ditanya: “Apakah beribadah kepada Allah dengan jumlah yang ganjil dalam hal makan, minum dan lainnya?”
Beliau menjawab: “Ya memang demikian, jika seorang muslim makan kurma maka dengan jumlah tiga biji, tujuh dan berjumlah ganjil; karena Allah menyukai yang ganjil”.
Abdur Razzaq (5/498) telah meriwayatkan dari Ma’mar, dari Ayyub, dari Ibnu Sirin, dari Abu Hurairah dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
(إِنَّ اللَّهَ وِتْرٌ يُحِبُّ الْوِتْرَ) ، قَالَ أَيُّوبُ: ” فَكَانَ ابْنُ سِيرِينَ يَسْتَحِبُّ الْوِتْرَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ، حَتَّى لَيَأْكُلَ وِتْرًا ” وهذا إسناد صحيح .
“Sesungguhnya Allah adalah ganjil dan menyukai yang ganjil”. Ayyub berkata: “Maka Ibnu Sirin menyukai yang ganjil dalam semua hal, bahkan dalam hal makan beliau lakukan dengan bilangan ganjil”. (Riwayat ini sanadnya shahih)
Masalah ini sangat luas insyaa Allah, hanya saja tidak ada riwayatnya –sepanjang pengetahuan kami- bahwa Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- berusaha untuk berbuka dengan ruthab dan kurma dengan ganjil, bahwa para ulama mengatakan hal itu dari sisi ijtihad saja. []
SUMBER: ISLAMQA