• Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
Kamis, 28 Januari 2021
No Result
View All Result
NEWSLETTER
Islampos
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Muslimtrip
  • Muslimbiz
  • Beginner
  • Syiar
  • Keluarga
  • Dari Anda
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Muslimtrip
  • Muslimbiz
  • Beginner
  • Syiar
  • Keluarga
  • Dari Anda
No Result
View All Result
Islampos
No Result
View All Result

Belajar Toleransi dari Andalusia

Redaktur Rifki M Firdaus
2 tahun ago
in Opini
Reading Time: 4min read
0
Usai Gemilang

Foto: Pinterest

Oleh : Vivin Indriani
Member Komunitas Revowriter

TOLERANSI. Sebuah kata yang hari ini banyak dipakai oleh beragam kepentingan untuk menghadang siapapun pihak yang berseberangan. Toleransi kini bahkan mengemuka untuk menyebut seorang muslim dengan atribut keagamaannya. Bahkan jika kita berselancar di internet menggunakan kata ‘toleransi’, maka postingan cerita yang memuat kata tersebut hampir sebagian besar selalu berkaitan dengan Islam dan kaum muslim. Tentu dengan konotasi yang negatif.

Menurut makna Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) makna toleransi adalah bersikap atau bersifat toleran yaitu menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Makna ini sangat ambigu sebetulnya. Sebab masyarakat hidup dalam komunitas yang berbeda bahkan kadang terdapat yang berseberangan. Sementara mereka hidup di dalam satu lingkungan yang mustahil menjalankan sikap dan sifat tertentu dari kepercayaan yang dianutnya tanpa menyinggung kepercayaan yang lain. Tentu harus ada aturan yang baku untuk mengatur semua keberagaman di masyarakat dimana aturan tersebut bisa menguntungkan semua orang tanpa terkecuali.

Islam telah berbicara toleransi selama berabad-abad lamanya. Dan kemajuan demi kemajuan yang diperoleh Islam sebagai peradaban besar telah menunjukkan pencapaian yang besar dan positif tentang toleransi hidup bernegara. Berapa banyak negeri-negeri yang justru menuai kejayaan setelah ditaklukkan Islam. Ketinggian peradaban justru dicapai negeri-negeri muslim ketika toleransi mengikuti standar Islam yang mewujud dalam aturan kenegaraan.

BACA JUGA: Pengamat: Intoleransi Adalah Anak Tangga Menuju Radikalisme dan Terorisme

Dalam Al Quran Allah Ta’ala berfirman, “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al Mumtahanah: 8-9)

Inilah pokok prinsip toleransi dalam Islam. Islam menganjurkan berbuat baik kepada siapa saja dalam berbagai aspek kecuali dalam urusan agama. Allah telah dengan jelas melarangnya dalam QS. Al-Kafirun yakni ‘lakum diinukum waliyadin’
(bagimu agamamu dan bagiku agamaku). Jadi selama tidak berkaitan dengan persoalan akidah maka tolong menolong dan toleransi diperkenankan.

Toleransi Andalusia

Andalusia adalah jembatan utama peradaban Islam dan pintu penting proses transfer peradaban Islam ke Eropa. Selama delapan abad (92-897 H/711-1492 M) Andalusia telah memberikan pencerahan bagi peradaban kelam bangsa Eropa kala itu. Andalusia sebagai bagian dari kekuasaan peradaban Islam telah melakukan banyak sekali loncatan besar dalam kondisi Daulah Islam yang sedikit melemah secara politik. Hal itu mencakup bidang ilmu pengetahuan, sastra, ilmiah, pemikiran, sosial, seni dan ekonomi.

Gustave Le Bon mengatakan dalam bukunya The Arab Civilization halaman 273, ” Begitu orang-orang Arab berhasil menaklukkan Spanyol (Andalusia), mereka mulai menegakkan risalah peradaban di sana. Maka dalam waktu kurang dari satu abad mereka mampu menghidupkan tanah mati, membangun kota-kota yang runtuh, mendirikan bangunan-bangunan megah, dan menjalin hubungan perdagangan yang kuat dengan negara-negara lain. Kemudian mereka memberikan perhatian yang besar untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan sastra, menerjemahkan buku-buku Yunani dan Latin, dan mendirikan universitas-universitas yang menjadi satu-satunya sumber ilmu pengetahuan dan peradaban di Eropa dalam waktu yang lama.”

Politik Islam yang toleran berpengaruh besar terhadap kejiwaan ahli dzimmah(non muslim yang berada di bawah kekuasaan negara Islam) dari kelompok Yahudi dan Nashrani. Hal itu karena orang-orang Spanyol mempelajari bahasa Arab dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan mereka mengutamakannya daripada bahasa Latin. Banyak orang-orang Yahudi yang belajar pada guru-guru berbangsa Arab. Orang-orang Eropa justru belajar bahwa Islam sebagai agama dengan toleransi tinggi, telah menyediakan bagi mereka kemajuan peradaban dan pengetahuan yang tidak mereka dapatkan dalam kekuasaan saat Islam belum datang.

Masyarakat Eropa pada umumnya dan Andalusia khususnya telah menikmati kebebasan mereguk gemilangnya peradaban Islam meski mereka masih non muslim. Peradaban Islam telah menyajikan teknologi dan kemajuan yang bisa dirasakan semua pihak tanpa membedakan mereka muslim atau bukan. Bahkan negara memberikan jaminan keamanan yang sama pada harta dan jiwa mereka yang tinggal di wilayah Islam tanpa ada pembedaan dengan warga negara muslim. Dari sini bisa terlihat betapa adil dan makmurnya dunia dibawah kekuasaan Islam.

BACA JUGA: Macron: Saya Tak Suka Jilbab, Tapi Wanita Muslim Berhijab harus Ditoleransi

Sarton mengatakan sebagaimana dikutip dalam kitab Hakadza Kanu Yauma Kunna karya Hassan Syamsi Basya, “Kaum muslimin, para pionir Timur, berhasil mewujudkan keberhasilan-keberhasilan besar pada masa abad pertengahan. Mereka membuat karya yang paling agung, lebih orisinil dan lebih kental dengan bahasa Arab. Dari pertengahan abad delapan hingga akhir abad sebelas bahasa Arab menjadi bahasa ilmu di dunia. Hingga siapa saja yang ingin menguasai ilmu pada masanya dan penemuan-penemuan terbaru harus mempelajari bahasa Arab. Sungguh banyak orang non Arab yang menempuh jalan itu. Dan saya yakin bahwa kita tidak butuh untuk menjelaskan keberhasilan-keberhasilan kaum muslimin di bidang ilmu pengetahuan fisika, matematika, astronomi, kimia, biologi, kedokteran dan geografi.”

Pemikir Leopold Weiss, seorang Yahudi berkebangsaan Austria yang bertugas sebagai wartawan surat kabar di kawasan Arab dan negeri-negeri Islam mengukuhkan peran Cordoba dalam pembuatan jalan menuju masa kebangkitan. Penulis yang belakangan kemudian masuk Islam dan mengganti namanya menjadi Muhammad Asad ini menuliskan dalam bukunya Al-Islam Ala Muftaraq Ath Thuruq, “Kita tidak berlebihan ketika kita mengatakan bahwa zaman ilmiah modern yang sekarang kita hidup di dalamnya jalan pertama kalinya tidak dibuka di kota-kota Eropa. Akan tetapi, dibuka di kantong-kantong Islam, di Damaskus, Baghdad, Kairo dan Cordoba.”

Loading...

Tuduhan Atas Nama Islam

Jadi jika hari ini ummat Islam seringkali menjadi tertuduh setiap kali isu toleransi mengemuka, maka ini sungguh tuduhan keji pada sejarah gemilang Islam di abad silam. Dunia buta atau pura-pura buta bahwa kesejahteraan dunia pernah dipersembahkan Islam melalui tangan-tangan peradabannya. Bahkan sesungguhnya, isu toleransi ini kerap kali digunakan sebagai alat untuk melemahkan Islam dan kaum muslimin. Melalui tuduhan agama intoleransi, radikal, barbar bahkan terorisme.

Jauh sebelum peradaban Barat yang rusak berbicara tentang toleransi, sesungguhnya Islam telah lebih maju berabad-abad lamanya mempersembahkan contoh toleransi yang hakiki pada umat manusia dari berbagai agama di dunia. Bahkan tidak sekedar toleransi, Islam justru telah mewujudkan perdamaian dunia, penjagaan atas hak-hak manusia beradab serta perlindungan penuh bagi semua warga negara muslim maupun non muslim. Dan hal itu terjadi ketika kekuasaan berada di tangan Islam.

Sebagaimana disampaikan Asma’ binti Abi Bakr radhiyallahu ‘anhuma yang berkata, “Ibuku pernah mendatangiku di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan membenci Islam. Aku pun bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk tetap jalin hubungan baik dengannya. Beliau menjawab, “Iya, boleh.” Ibnu ‘Uyainah mengatakan bahwa tatkala itu turunlah ayat, “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu ….” (QS. Al Mumtahanah: 8) (HR. Bukhari no. 5978). []

OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.

Tags: andalusiatoleransi
Rifki M Firdaus

Rifki M Firdaus

Related Posts

3 Amalan dari Ali bin Abi Thalib untuk Perkuat Daya Ingat

Lupa adalah Karunia

24 Januari 2021
Dampak Covid-19 bagi Kesehatan Mental dan Fisik Calon Jamaah Haji Lansia

Dampak Covid-19 bagi Kesehatan Mental dan Fisik Calon Jamaah Haji Lansia

19 Januari 2021
Ini Dia Ciri-ciri Harta Penuh Berkah

Bagaimana Kebijakan Fiskal pada Masa Rasulullah?

16 Januari 2021
Plus Minus Melaksanakan Ibadah Umrah di Masa Pandemi Covid-19 bagi Jemaah

Plus Minus Melaksanakan Ibadah Umrah di Masa Pandemi Covid-19 bagi Jemaah

7 Januari 2021
Buka Lagi
Selanjutnya

Kisah Qurban Tukang Cuci yang Menggetarkan Hati

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertisements

Terbaru

Belajarlah Mensyukuri Semua yang telah Allah Beri meski Itu adalah Hal yang Tak Anda Sukai
Islam 4 Beginner

Ceritakan Aib Sendiri, Tetapkah Berdosa?

Redaktur Laras Setiani
31 menit ago
Ini Sejumlah Kebijakan Trump yang Dibatalkan Joe Biden, Salah Satunya terkait Imigran Muslim
Dunia

Dulu Dihentikan Trump, Bantuan Kemanusiaan untuk Palestina Kini Dipulihkan Joe Biden

Redaktur Eneng Susanti
60 menit ago
Berapa Lama Tidur dalam Islam?
Tahukah Anda

Berapa Lama Tidur dalam Islam?

Redaktur Yudi
1 jam ago
Ketika Rasulullah Melihat Penghuni Neraka dalam Perjalanan Mi’rajnya
Dunia Ghaib

Benarkah Bacaan Alquran Bisa Membakar Jin?

Redaktur Sodikin
2 jam ago

On Facebook

Navigasi

  • Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi

About Us

Membuka, menginspirasi, free to share

  • Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi

© 2019 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Ramadan
    • Tanya Jawab Ramadhan
    • Tsaqofah Ramadhan
    • Video Ramadhan
    • Fiqh Ramadan
    • Kesehatan Ramadhan
    • Kultum Ramadhan
  • Muslimbiz
  • Muslimtrip
  • Beginner
  • Keluarga
  • Sirah
  • Syiar
  • Muslimah
  • Dari Anda
  • Donasi

© 2019 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Add Islampos to your Homescreen!

Add