• Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
Jumat, 5 Maret 2021
No Result
View All Result
NEWSLETTER
Islampos
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Muslimtrip
  • Muslimbiz
  • Beginner
  • Syiar
  • Keluarga
  • Dari Anda
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Muslimtrip
  • Muslimbiz
  • Beginner
  • Syiar
  • Keluarga
  • Dari Anda
No Result
View All Result
Islampos
No Result
View All Result

Belajar Kebahagiaan dari Setangkup Kisah Pak Panter

Redaktur Eva F Hasan
4 tahun ago
in Renungan
Reading Time: 2min read
2
Belajar Kebahagiaan dari Setangkup Kisah Pak Panter

Foto: Viva

Oleh: Bagas Triyatmojo

SUDAH beberapa pekan ini, saya berkenalan dengan seseorang yang pekerjaannya housekeeping. Sebut saja namanya bapak Panter. Kamu bisa bilang beliau adalah pembantu, karena memang sebagian besar pekerjaannya adalah membantu, tapi saya lebih senang mengenalnya sebagai teman bicara, karena di waktu -waktu senggang, beliau banyak bercerita dan mengobrol dengan saya. Ditambah dengan keramahannya, lengkaplah sudah, beliau menjadi teman bicara yang sangat menyenangkan.

Di suatu malam, ketika beliau membawakan kami makanan, beliau duduk dan ikut berbincang dengan kami. Setelah lama kami berbincang, beliau berkata, “kalau bapak pulang malem gini ke rumah, biasanya anak udah nunggu, terus tanya tanya, ‘Pah, Pah, bawa kueh ngga?’. Kalo lagi ada kue ya dimakan bareng, kalo lagi ngga ada, ya senyum senyum aja.”

Memang, ketika beliau membawakan kami makanan, atau kue-kue, terkadang ada lebihnya, namun terkadang pas-pasan. Kalau lebih, ya beliau bawa pulang.

Saat itu saya sedang mengandaikan, menjadi bapak Panter, dan juga menjadi anak pak Panter. Kalau saya menjadi bapak Panter, pasti saya merasa senang bukan main, saat bisa membawakan makanan pulang ke rumah, sekalipun banyaknya makanan tidak seberapa, sekalipun makanannya sederhana. Senang rasanya, ketika mampu memberikan apa yang anak inginkan. Saya membayangkan, ketika berpulang dengan tangan hampa, anak menghampiri, dan kita hanya bisa senyum saja. Di bagian hati yang terdalam, ada setumpuk kesedihan.

Lalu saya membayangkan menjadi sang anak. Membayangkan menjadi anak tentunya lebih mudah, karena saya sendiri pernah mengalaminya. Ketika sadar penghasilan bapak yang tidak seberapa, lalu beliau pulang dengan membawa sekeresek makanan, adalah satu dari sekian banyak kebahagiaan yang besar.

Mendengar beliau berkata demikian, saya mendadak kesal, bukan kesal kepada beliau. Kesal, kepada mereka yang makan pun tidak dihabiskan sampai bersih. Lalu dengan mudahnya bilang, “aduh ngga kuat udah kenyang” Bila tidak sanggup menghabiskan, mengapa membelinya, mengapa memesannya? Ketika kamu merasa “kebanyakan” uang dan mampu membeli makanan yang dimau, pikirkanlah, pikirkanlah orang orang yang kekurangan. Makanan-makanan sederhana pun begitu dinantikan. Kesal, demikian kesalnya hingga terkadang saya ingin melemparkan piring mereka ke wajah mereka, he edisi sewot.

Kamu tahu, saat kamu mampu membeli makanan apapun, dengan rasa apapun, dengan jumlah berapapun, dan 3x sehari, perlu kamu ingat, masih banyak di luar sana, yang dalam seharinya hanya mampu mendapatkan sepiring nasi, tanpa piring.

Dibalik kehidupan kehidupan yang sederhana, indah sekali, begitu mudahnya menemukan kebahagiaan di sana. Mungkin itulah kebahagiaan yang sebenarnya. Kebahagiaan yang bukan berasal dari materi, tapi dari hati.

Bahagia itu sederhana, yaitu ketika engkau merasakan kebahagiaan orang lain, saat mereka bercerita tentang kebahagiaannya. []

Tags: bahagiaHidupip renungan
Eva F Hasan

Eva F Hasan

Related Posts

Wabah dan Depresi Massal

Wolak Walik

1 Maret 2021

Tidak Usah Mengeluh karena Rezeki yang Sedikit

28 Februari 2021
Akhlak Nabi ﷺ terhadap Munafik

Tentang Benar dan Salah

26 Februari 2021
Dari Tanah kembali ke Tanah

Pesan Kematian

22 Februari 2021
Buka Lagi
Selanjutnya
Perbanyak Sujud, Peroleh Syafaat

Perbanyak Sujud, Peroleh Syafaat

Comments 2

  1. Bang napi vandim safana says:
    4 tahun ago

    Islam pos memang ok banget dengan postingny .penuh dengan inspirasi .

    Balas
    • Bang napi vandim safana says:
      4 tahun ago

      Trimakasih islampos semoga makin bisa menginspirasi

      Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertisements

Terbaru

Mengapa Kulihat Abu Umair Bersedih?
Ibrah

Alhamdulillah ‘Alaa Kulli Haal

Redaktur Ari Cahya Pujianto
31 menit ago
Mom from Home, Pandemi Mengembalikan Ibu ke Rumah
Parenting

Usia berapa anak laki-laki dikhitan

Redaktur Ari Cahya Pujianto
6 jam ago
Banyak Main Medsos Bisa Bikin Depresi?
Uncategorized

Terlalu Lama Main Sosmed bisa Bikin Stress

Redaktur Laras Setiani
6 jam ago
Mengapa Hubungan Suami Istri Mendatangkan Pahala?
Tirai Kamar

Mengapa Hubungan Suami Istri Mendatangkan Pahala?

Redaktur Yudi
6 jam ago

On Facebook

Navigasi

  • Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi

About Us

Membuka, menginspirasi, free to share

  • Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi

© 2019 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Ramadan
    • Tanya Jawab Ramadhan
    • Tsaqofah Ramadhan
    • Video Ramadhan
    • Fiqh Ramadan
    • Kesehatan Ramadhan
    • Kultum Ramadhan
  • Muslimbiz
  • Muslimtrip
  • Beginner
  • Keluarga
  • Sirah
  • Syiar
  • Muslimah
  • Dari Anda
  • Donasi

© 2019 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Add Islampos to your Homescreen!

Add