SULAWESI TENGAH—Warga korban gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah mulai terkena gangguan kesehatan. Menurut laporan, pengobatan massal yang dilakukan tim medis MER-C menemukan sebagian besar warga menderita penyakit gangguan pernafasan (Ispa).
Pada Selasa (9/10/2018) tim MER-C melakukan pengobatan massal di desa Enu, Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala melayani 141 orang pasien dalam sehari.
BACA JUGA: MUI Sambut Positif Bantuan Dari Pemerintah Taiwan Untuk Korban Gempa di Palu
Menurut dr. Lia Rahmarini, salah seorang tim dokter MER-C, penyakit Ispa (infeksi saluran pernafasan) banyak diderita karena banyak menghirup debu. Hal itu dikarenakan mereka tinggal di wilayah pengungsian dengan tempat terbuka di pinggir jalan umum.
Para pengungsi tinggal di wilayah perbukitan. Mereka menghindari tepi pantai waspada jika terjadi gempa dan gelombang tsunami susulan.
“Ispa merupakan penyakit pernafasan disebabkan oleh menghirup debu. Itu biasa diderita oleh orang yang tinggal di tepi jalan umum atau daerah kering,” kata Lia.
Berdasarkan laporan terbaru, korban meninggal dunia akibat gempa dan tsunami di Sulteng bertambah 35 orang dibandingkan hari kemarin, 2.010 jiwa. Jadi, korban meninggal dunia untuk hari ini tercatat 2.045 jiwa.
BACA JUGA: Cerita Korban Gempa di Balaroa, Selamat karena Zikir
“Jumlah korban jiwa per 10 Oktober 2018 pukul 13.00 WIB, 2.045 orang meninggal dunia,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho di kantornya, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Rabu.
Sutopo merinci sebaran temuan korban meninggal itu di 4 wilayah di Sulteng dan 1 wilayah di Sulawesi Barat (Sulbar). []
SUMBER: MINA | DETIK