SA’AD bin Muadz merupakan tokoh penting di Madinah. Sebelum masuk Islam ia sangat menentang dakwah Islam yang dibawa oleh Mush’ab bin Umair di Madinah. Mush’ab merupakan duta Islam yang utama dan paling muda usianya waktu itu.
Semua berbalik setelah Sa’ad mendengar ajaran Islam yang dibawa oleh Mush’ab. Ia merasakan ada ketenangan sehingga akhirnya ia menyatakan diri untuk masuk Islam.
BACA JUGA: Puncak Kesedihan Para Sahabat
Hati Sa’ad serupa dengan tanah humus yang menyuburkan setiap tanaman di atasnya. Tak butuh waktu lama, pohon iman tumbuh subur dan mengakar kuat dalam dirinya. Sejak mengikrarkan diri dengan kalimat syahadat, Sa’ad menetapkan dirinya sebagai pejuang Islam.
Dalam perang Uhud Sa’ad menjadi tameng Rasulullah. Begitupun dengan perang Badar, dan perang Khandaq. Dalam perang inilah panah-panah Hibban bin Qais berhasil menembus lengannya dan membuatnya terluka selama berhari-hari.
Sa’ad berdoa kepada Allah, “Ya Allah, hanya Engkau yang tahu tiada yang lebih aku cintai selain berjihad di jalan-Mu. seandainya peperangan antara kami dan kaum Quraisy belum berakhir, maka tetapkanlah aku untuk hidup untuk berjihad. Namun jika tidak, kambuhkanlah luka-lukaku dan jadikanlah sebagai pengantarku menuju syahid,” doa yang ia lontarkan menggetarkan siapa pun yang mendengarnya.
Karena doanya tersebut, luka-luka Sa’ad benar-benar kambuh. Darah terus mengalir hingga menggenang di lantai Masjid. Rasulullah meraih kepala Sa’ad di pangkuan beliau dan berdoa, “Ya Allah, Sa’ad telah berjihad di jalan-Mu dan telah membenarkan Rasul-Mu. Ia telah memenuhi kewajibannya. Terimalah ruhnya dengan cara terbaik Engkau menerima ruh.”
BACA JUGA: Saat Istri Para Sahabat Mendengar Suaminya Gugur di Medan Perang
Sa’ad menatap wajah Rasulullah penuh haru. “Salam untukmu wahai Rasulullah. Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah…,” maka kembalilah Sa’ad bin Muadz kepada pemiliknya. Air mata para sahabat bercucuran melepas kepergian matahari Madinah.
“Arsy pun bergetar menerima kedatangan Sa’ad,” kata Rasulllah. “Pintu-pintu surga dibuka untuknya sebanyak 70 ribu malaikat hadir mengiring jenazahnya, sebelumnya belum pernah malaikat-malaikat turun ke bumi sebanyak itu.” []
Sumber: 77 Cahaya Cinta di Madinah/ Penulis: Ummu Rumaisha/Penerbit: Al-Qudwah Publishing/ Februari, 2015