• Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
Jumat, 5 Maret 2021
No Result
View All Result
NEWSLETTER
Islampos
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Muslimtrip
  • Muslimbiz
  • Beginner
  • Syiar
  • Keluarga
  • Dari Anda
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Muslimtrip
  • Muslimbiz
  • Beginner
  • Syiar
  • Keluarga
  • Dari Anda
No Result
View All Result
Islampos
No Result
View All Result

Antara Allah dan Dokter Anak

Redaktur Sodikin
4 tahun ago
in Opini
Reading Time: 3min read
0
Muslimah Berobat pada Dokter Pria, Bagaimana?

Foto: Techno Krata

Oleh: Herri Mulyono

 

TEMAN sekolah saya sewaktu di sekolah menengah, kami memanggilnya Inra. Ia sekarang menjadi seorang dokter. Sekarang kami memanggilnya, dr. Inra. Bagi saya, Inra menjadi seorang dokter bukan hal yang mengejutkan. Pasalnya, ayah Inra adalah seorang dokter dan sedari dahulu, teman saya ini sangat menggemari mata pelajaran kimia. Malah saya yang seringkali meminjam modul-modul belajar darinya. Namun yang membuat saya dan teman-teman terkejut adalah ternyata Inra adalah dokter spesialis anak, atau pediatri.

Di forum alumni itulah kami saling bercanda tentang Inra sebagai dokter anak. Ya memang, saya tidak bisa membayangkan bahwa Inra dengan postur tubuhnya dan karakternya yang lucu itu menjadi dokter anak. Sulit bagi saya untuk membayangkan bagaimana Inra ini berinteraksi dengan anak-anak, mulai dari merayu, menyuntikkan jarum itu ke lengah anak-anak yang mungil, sampai mendengarkan teriakan, jerit tangis anak-anak yang sedang ia obati.

“Memang kamu bisa menangani anak-anak?” tanya salah satu teman di grup alumni.

“Saya tidak yakin…kok kamu bisa jadi dokter anak?” yang lain menimpali.

“Jangan-jangan anak-anak menangis histeris melihat kamu,” ujar yang lain.

“Hati-hati, nanti anak-anak pada kapok lagi sama pak dokter.”

Di forum, Inra menjadi bahan candaan kami. Maklumlah sudah hampir 20 tahun kami tidak berjumpa. Dan pertemuan kami pada malam itu mengingatkan kami mengenai memori masa-masa sekolah dahulu.

Inra menanggapi candaan kami dengan santai. Serasa semua itu mudah. Bahkan bukan masalah bagi beliau. Malam itu, Inra menjawab candaan kami dengan kata kunci, “Tidak mengapa anak menangis, toh nanti orang tuanya, kalau anak-anaknya sakit lagi akan balik ke saya”. Inra begitu yakin dengan kata-katanya malam itu. Begitu meyakinkan sehingga benar-benar membuat saya berpikir, dan beranalogi hubungan Allah – dunia – hamba seperti hubungan Inra – anak– orang tua anak.

Analoginya seperti ini:

Inra mengobati anak dengan sungguh-sungguh. Tentunya, bila memang harus, anak-anak harus di suntik. Tentunya anak-anak akan menangis karena sakit. Tak jarang anak-anak meronta minta di lepas pergi. Tapi, agar si anak sembuh, Inra tetap harus menyuntiknya. Walaupun akhirnya sembuh, sang anak mohon-mohon kepada orang tua mereka agar tidak lagi datang ke dr Inra yang telah menyuntik mereka dengan serum obat. Tapi, orang tua tahu, bahwa Inra adalah dokter anak yang handal. Dan walaupun Inra telah membuat anak-anak mereka menangis, tapi terbukti Inra, dengan ijin Allah, telah menyembuhkan putra-putri mereka. Mereka kembali akan membawa anak-anak mereka, bila sakit, ke dr Inra. Walaupun sang anak kerap menolaknya. Artinya, orang tua lah yang menentukan sang anak di bawa ke Inra dengan atau tanpa persetujuan anak.

Kadang dalam hubungan kita sebagai hamba, dunia dan Allah; kita sering mengandalkan dunia. Dunia dalam analogi cerita Inra di atas adalah anak. Kita ingin mendapatkan harta atau bahagia, kita mengandalkan dunia atau bahkan mengejar-ngejar dunia. Padahal, yang membawa kita ke dunia (anak dalam analogi diatas) bukan dunia itu sendiri. Dalam analogi cerita Inra, yang menjadi penentu atau yang membawa anak ke Inra adalah orang tua. Bila Allah kita analogikan sebagai orang tua, maka seharusnya kita mendekatkan kepada Nya bila kita menginginkan dunia atau kebahagiaan.

Contohnya, bila kita ingin mendapatkan jodoh, tidak selalu kita harus mengejar jodoh yang kita inginkan. Kita wajib mengejar Allah yang memiliki jodoh itu dan meminta Allah untuk mengirimkannya kepada kita. Contoh lainnya adalah tentang rejeki yang selalu kita pikir dijembatani melalui sebuah pekerjaan. Kita kerja keras, kadang siang malam, untuk mendapatkan rejeki yang banyak. Kita beranggapan bahwa rejeki yang banyak adalah bekal hidup agar bahagia. Tapi kita lupa bahwa Allah lah yang memiliki rejeki dan kebahagiaan. Padahal, untuk mendapatkan rejeki dan bahagia itu, kita cukup mendekati Allah yang memiliki keduanya. Banyak orang yang memiliki rejeki yang banyak tapi sedikit bahagia. Masalah utamanya adalah karena mereka memang tidak memiliki Alah dalam rejeki dan bahagia tersebut.

Inti dari tulisan ini adalah, untuk memperoleh sesuatu kita harus mendekati Allah yang memiliki sesuatu itu. Jangan menggantungkan harapan dan tujuan pada sesuatu yang kita inginkan tersebut. -Karena Allah lah yang maha berkehendak atas segala sesuatu.Banyak jalan dalam mendekatkan diri kepada Allah dan berharap agar Allah menjawab keinginan kita. Dua tiang utama yang diajarkan dalam agama kita adalah melalui sholat dan sabar. Namun yang perlu diingat adalah, sholat dan sabar ini juga harus diiringi dengan tawakal dan ikhtiar.

Loading...

Seperti di firmankan Allah dalam ayatnya yang mulia: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah Menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Al Ra’d, ayat 11).

Wallahualambishawab. []

Tags: Allah. DokterAnak
Sodikin

Sodikin

Related Posts

Dengan Sedekah, Semuanya Jadi Mudah

Pengaruh Uang terhadap Permintaan dan Penawaran

4 Maret 2021
Inilah Wanita Muslim yang Selamat dari Kecelakaan Kapal Titanic pada 1912

Kapal dan Kapten Kesadaran

3 Maret 2021
Ketika Wanita Berbicara dengan Bukan Mahramnya di Telefon

Jilbab, Wujud Ketakwaan Seorang Muslimah

2 Maret 2021
Ilmu Manfaat

Beruntungnya Orang Berilmu

26 Februari 2021
Buka Lagi
Selanjutnya
Menyingkap Tradisi Ilmu Ensiklopedik

Menyingkap Tradisi Ilmu Ensiklopedik

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertisements

Terbaru

Pacaran, Kenapa Dilarang dalam Islam?
Siap Nikah

17 Pertanyaan Ini Penting Kamu Tanyakan saat Taaruf!

Redaktur Dini Koswarini
15 menit ago
Belum Banyak Diketahui, Ini Keistimewaan Mata Kucing
Tanya Jawab

Apa Hukum Beri Makan Kucing dengan Makanan yang Mengandung Babi?

Redaktur Sodikin
45 menit ago
Anak Mudah Sakit? Begini Solusinya
Thibbun Nabawi

Inilah Rahasia Demam yang Diungkap dalam Hadis Nabi

Redaktur Eneng Susanti
1 jam ago
3 Tipe Pakaian
Syi'ar

Hukum Memakai Baju Tipis saat Shalat

Redaktur Yudi
2 jam ago

On Facebook

Navigasi

  • Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi

About Us

Membuka, menginspirasi, free to share

  • Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi

© 2019 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Ramadan
    • Tanya Jawab Ramadhan
    • Tsaqofah Ramadhan
    • Video Ramadhan
    • Fiqh Ramadan
    • Kesehatan Ramadhan
    • Kultum Ramadhan
  • Muslimbiz
  • Muslimtrip
  • Beginner
  • Keluarga
  • Sirah
  • Syiar
  • Muslimah
  • Dari Anda
  • Donasi

© 2019 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Add Islampos to your Homescreen!

Add