BERBOHONG kepada anak untuk mengalihkan perhatinnya terkadang dianggap remeh oleh sebagian orangtua. Bahkan tak jarang mereka sengaja berbohong agar anaknya menuruti keinginan mereka. Salah satunya ketika sang anak sulit untuk makan, maka ibu berbohongÂ
untuk menarik perhatian anaknya agar mau makan.
Berkaitan dengan hal diatas, ada sebuah kisah tentang seorang ibu dan anak yang susah untuk makan. Sebut saja ibu itu aku. Aku seorang ibu yaang biasa menyuapi makan anakku dengan mengalihkan perhatiannya lewat kata-kata manisku.
Baca Juga:Â Heboh Asap dan Hawa Panas Keluar dari Lantai Rumah
“Tuh, liat di atas ada pesawat lewat!”, kata ku seraya bersiap memasukkan sesendok bubur.
Tak lama Ia menengadah, mulutnya terbuka. Hap! Bubur masuk kedalam mulutnya.
Lalu, bagaimana dengan pesawatnya? Tak ada sama sekali, itu hanya tipuan kecil agar makanan masuk ke mulut anakku tanpa ia sadari.
Maka tak heran jika hari ini, anakku tak paham mengapa ia harus makan.
Jangankan anakku paham adab makan, seperti tahu pada makanan halal dan toyyib, manfaat makan, adab ketika selesai makan pun semua tak pernah anakku pahami.
Karena memang aku tak pernah memberikannya pengetahuan tentang semua itu.
Yang anakku tahu, ia mau memasukan makanan ke mulutnya hanya agar aku senang saja. Hanya agar aku tak memarahinya.
Baca Juga:Â Inilah Poin-Poin Perubahan dalam Visi Misi Prabowo-Sandi
Yang lebih parah lagi, akibat kelakuanku yang terus menerus seperti itu ketika menyuapinya dulu, anakku lebih menyedihkan. Sangat menyedihkan dari sekedar tak paham adab makan.
Hari ini, anakku tak mampu berbicara sesuai fakta. Ia suka melebih-lebihkan keadaan. Ia tak bisa menyelaraskan antara perkataan dan perbuatan.
Karena, tak lain dan tak bukan, Aku lah Ibunya yang sudah mengajarkan kebohongan itu dulu. Aku lah Ibu yang menyebabkan Ia tak tahu bagaimana aturan hidup menurut Al-Quran. Karena Aku pun demikian. Akulah Ibu yang hanya mengurusnya sesuai keinginanku.
Semua yang aku anggap sepele dulu ternyata menjadi hal besar ketika anakku sudah beranjak dewasa. Maafkan ibumu nak, karena tidak berfikir panjang bagaimana dampak buruknya terhadapmu nanti.
Sekalagi, maafkanlah Ibumu ini… []