Oleh: Alfida Dwi Puspitasari
Mahasiswa, tinggal di Ponorogo
BAGI para penggila drama korea, siapa yang tidak tau dengan drama korea terbaru Memory of Alhambra. Drama yang berkisah di Granada, Spanyol ini memiliki multigenre. Diantaranya adalah Thriller, Sci-Fi, Romance, Fantasi, dan History.
Awalnya menonton drama ini cukup terkesan dengan visual game yang bernama Gim. Memang cukup bagus untuk disaksikan, bahkan mereka yang bukan penggila drakor pun tidak akan enggan untuk menonton drama ini. Khususnya kaum pria yang mayoritas pecinta game.
Namun, siapa yang menyangka bahwa di balik drama multigenre ini ada unsur yang kurang bisa diterima, terlebih bagi kaum muslim. Dalam drama ini menceritakan tentang kehidupan Jung He-Ju dan keluarganya di Granada.
Di sana adik He-Ju yang bernama Se-Ju adalah seorang programmer handal yang menciptakan gim. Gim ini akan dijual kepada seorang pemilik perusahaan tekhnologi terbesar di Korea J-One Holdings yang bernama Yoo-Jin Woo. Namun, singkat cerita disini Se-Ju menghilang dan satu-satunya cara untuk menyelamatkannya adalah dengan memeberikan sebuah kunci, yang disini disebut dengan kunci surga, kepada Emma yang merupakan salah satu KNP/Tokoh dalam Gim.
Mereka meyakini bahwa dengan memberikan kunci surga kepada Emma akan bisa meruntuhkan istana dan Se-Ju akan ditemukan. Disini, Emma memakai assesoris yang mereka menyebutnya assesoris yang mirip dengan tangan Fatima Binti Muhammad (Islam) yang berada di Istana Al-Hambra.
Menurut drama ini, dalam sejarah islam tangan Fatima merupakan kunci surga. Itulah mengapa, apabila kunci surga sampai ditangan Emma, maka istana akan runtuh dan Se-Ju akan ditemukan.
Sedikit review dari drama korea Memory of Al-Hambra. Jelas bukan, bahwa dalam drama ini mereka terlalu mendramatisir fakta-fakta tentang agama. Bahkan, hal ini sudah masuk kategori penyalahan dalam agama.
Hal ini sungguh tidak masuk akal, dalam islam tidak pernah ada teori yang mengatakan bahwa tangan Fatima adalah kunci menuju surga. Untuk masuk surga setiap muslim harus melakukan kebajikan dan menjauhi larangan seperti yang sudah ditentukan dalam syariat islam.
Namun, dalam drama ini justru mengada-ada mengenai surga dan tangan Fatima Az-Zahra Binti Muhammad.
Memanglah benar, bahwa Istana Al-Hambra yang berada di Granada, Spanyol adalah peninggalan Islam. Namun, Istana Al-Hambra berada pada puncak kejayaannya pada tahun 1240 M. Setelah itu, pada tahun 1492 M Tentara Aragon atas perintah Raja Ferdinand dan Ratu Elizabeth memerintahkan untuk meruntuhkan kekuasaan Islam di Granada pada kala itu.
Seluruh warga muslim diserang dan akhirnya raja terakhir yaitu Sultan Muhammad menyerah begitu saja. Setelah peristiwa itu, Granada di bawah kekuasaan Katolik. Ada kemungkinan bahwa fakta sejarah dan peninggalan islam semuanya sudah di manipulasi oleh kaum Katolik pada masa itu. Hal ini dibuktikan karena penjelasan dari para pemandu wisata di Istana Al-Hambra menjelaskan hal-hal yang kurang sesuai dengan Islam yang sebenarnya.
Salah satunya adalah informasi bahwa gambar tangan Fatima yang ada di dinding Istana merupakan simbol kunci surga.
Selain itu, ada pula yang mengatakan bahwa simbol tangan itu bukanlah symbol islam, melainkan symbol yang ada pada kaum Yahudi. Ditemukan symbol yang serupa dalam kepercayaaan Yahudi dengan lambang iluminati (mata satu) di tangan tersebut.
Naudzubillahh, jika memang benar maka sungguh mengerikan. Mulai dari dramatisasi informasi mengenai agama hingga propaganda agama. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: redaksi@islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.