ADA beberapa keutamaan pemimpin yang adil.
Islam memandang bahwa pemerintahan atau kepemimpinan itu adalah perkara yang sangat pokok. Karena ia terkait dengan keberlangsungan hidup orang banyak dan mengurusi seluruh aspek kehidupan. Baik dunia, maupun juga akhirat. Menjaga akidah, menerapkan hukum, melindungi hak, menyejahterakan umat, menjamin keadilan, dan sebagainya.
Amanah kepemimpinan bisa jadi anugerah dan tempat meraih pahala ketika ditunaikan dengan sungguh-sungguh. Namun sebaliknya, bisa jadi musibah dan tempat mendulang dosa ketika dilaksanakan tanpa tanggung jawab. Oleh karenanya kepemimpinan itu haru diserahkan kepada orang yang layak dan mampu mengembannya.
Memetik pelajaran dari pengangkatan Thalut menjadi seorang pemimpin di kalangan Bani Israil yang disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa pemimpin itu dipilih bukan dinilai dari faktor harta melainkan dilihat dari faktor ilmu pengetahuan dan jasmani yang merupakan dua hal yang penting dalam memilih seorang pemimpin yang baik.
Pemimpin yang baik adalah identik dengan sifat adil. Keutamaannya luar biasa yang dijelaskan dalam banyak dalil. Diantara keutamaannya adalah:
1. Doanya tidak tertolak
Abu Hurairah Radhiyallahu anhu telah meriwayatkan, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ: الإِمَامُ العَادِلُ وَالصَّائِمُ حَتَّى يَفْطُرَ وَدَعْوَةُ المَظْلُوْمِ.
Tiga doa yang tidak tertolak: Doa pemimpin yang adil, orang yang puasa hingga berbuka, dan doa orang yang dizhalimi.(HR. At Tirmidzi dan Ibnu Majah)
2. Mendapatkan naungan di hari kiamat saat tidak adanya naungan kecuali naungan Allah
Diriwayatkan, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِِ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ بِالْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ حُسْنٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
Tujuh orang yang akan dinaungi Allah pada hari yang tiada naungan selain naungan-Nya: (1) Seorang imam yang adil (2) Seorang pemuda yang menghabiskan masa mudanya dengan beribadah kepada Allah. (3) Seorang yang hatinya selalu terkait dengan masjid. (4) Dua orang yang saling mencintai karena Allah, berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah. (6) Lelaki yang diajak seorang wanita yang cantik dan terpandang untuk berzina lantas ia berkata: “Sesungguhnya aku takut kepada Allah”. (5) Seorang yang menyembunyikan sedekahnya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya. (6) Seorang yang berdzikir kepada Allah seorang diri hingga menetes air matanya.(HR. Bukhari dan Muslim)
3. Amalannya lebih utama daripada ibadah ahli ibadah di tengah keluarganya
Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata, ”Amal seorang imam yang adil terhadap rakyatnya sehari, lebih utama daripada ibadah seorang ahli ibadah di tengah keluarganya selama seratus atau lima puluh tahun.”
Qeis bin Sa’ad berkata, ”Sehari bagi imam yang adil, lebih baik daripada ibadah seseorang di rumahnya selama enam puluh tahun.”
Masruq berkata, ”Andaikata aku memutuskan hukum dengan hak sehari. Maka itu lebih aku sukai daripada aku berperang setahun fi sabilillah.”
Diriwayatkan bahwa Sa’ad bin Ibrâhîm, Abu Salamah bin Abdurrahmân, Muhammad bin Mush’ab bin Syurahabil dan Muhammad bin Shafwan berkata kepada Sa’id bin Sulaiman bin Zaid bin Tsabit: “Menetapkan hukum secara hak satu hari, lebih utama di sisi Allah, daripada shalatmu sepanjang umur”.
4. Masuk surga
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda,
مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ.
“Tidaklah seorang hamba yang mendapat amanah dari Allah untuk mengayomi rakyat, lantas ia meninggal pada hari meninggalnya dalam keadaan menipu rakyatnya, kecuali Allah telah haramkan surga baginya.” (HR. Bukhari no. 7150)
مَا مِنْ أَمِيرٍ يَلِي أَمْرَ الْمُسْلِمِينَ ثُمَّ لَا يَجْهَدُ لَهُمْ وَيَنْصَحُ إِلَّا لَمْ يَدْخُلْ مَعَهُمُ الْجَنَّةَ.
“Tidak ada pemimpin yang memimpin urusan kaum muslimin, kemudian tidak berusaha untuk mereka dan tidak memberi nasehat kepada mereka, kecuali ia tidak akan masuk surga bersama mereka.” (HR. Muslim no. 142)
5. Kelak mendapatkan mimbar dari cahaya
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُوْرٍ عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ وَكِلْنَا يَدَيْهِ يَمِينُ الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيْهِمْ وَمَا وَلُوْا
“Sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil, di sisi Allah berada di atas mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya, di sisi kanan Ar- Rahman Azza wa Jalla, dan kedua Tangan-Nya kanan. Yaitu, orang- orang yang berlaku adil dalam menghukum dan berlaku adil terhadap keluarga mereka dan terhadap bawahan mereka ketika mereka berkuasa.” (HR Muslim, Ahmad, dan An-Nasa’i)
6. Manusia yang paling dicintai Allah
عَنْ أَبِي سَعِيدِ الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنهُ . قال: قال رسول الله صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم : إِنَّ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَقْرَبَهُمْ مِنْهُ مَجْلِساً إِمَامُ عَادِلٌ وَإِنَّ أَبْغَضَ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَشَدَّهُ عَذَابًا إِمَامُ جَائِرٌ
Dari Abu Said Al-Khudri Radhiyallahu anhu: Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya manusia yang paling dicintai Allah Azza Wajalla dan yang paling dekat tempat duduknya pada hari kiamat adalah pemimpin yang adil, sedangkan manusia paling dibenci oleh Allah dan paling jauh tempat duduknya di hari kiamat adalah pemimpin yang zalim.” (HR Tirmidzi)
7. Satu orang pemimpin sangat mempengaruhi kebaikan rakyatnya
Sufyan ats-Tsauri berkata kepada Abu Ja’far al-Manshur: “Aku tahu, ada seorang lelaki yang bila ia baik, maka umat akan baik; dan jika ia rusak, maka rusaklah umat.” Abu Ja’far al-Manshur (ia adalah pemimpin) bertanya: “Siapa dia?” Sufyan menjawab: “Engkau!”
Pemimpin yang paling baik ialah pemimpin yang ikut berbagi bersama rakyatnya. Rakyat mendapat bagian keadilan yang sama, tidak ada yang diistimewakan. Sehingga pihak yang merasa kuat tidak memiliki keinginan melakukan kezhalimannya. Adapun pihak yang lemah tidak merasa putus asa mendapatkan keadilan.
Dalam sebuah kata-kata hikmah disebutkan: Pemimpin yang baik, ialah pemimpin yang orang-orang tak bersalah merasa aman dan orang-orang yang bersalah merasa takut. Pemimpin yang buruk, ialah pemimpin yang orang-orang tak bersalah merasa takut dan orang-orang yang bersalah merasa aman.”
Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu berkata kepada al-Mughirah ketika mengangkatnya menjadi gubernur Kufah: “Hai Mughirah, hendaklah orang-orang baik merasa aman denganmu dan orang-orang jahat merasa takut terhadapmu”.
Ketika Uyainah bin Hishn masuk menemui Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Hai Ibnul-Khaththab, demi Allah, engkau tidak memberi kami secara cukup dan engkau tidak menghukum di antara kami secara adil!” Marahlah Umar dan beliau ingin memukulnya. Salah seorang saudaranya berkata: “Hai Amirul- Mukminin, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman.
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجٰهِلِيْنَ
Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. [al-A’râf/7 : 199] dan sesungguhnya dia ini termasuk orang bodoh”.
Demi Allah, ketika ia mendengar ayat itu dibacakan, Umar tidak jadi memukulnya. Karena Umar seorang yang sangat komitmen mengikuti Kitabullah.
Wallahu a’lam bishowab. []