UMAR bin Khattab berasal dari Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy, suku terbesar di kota Mekkah saat itu. Ia adalah khalifah kedua pengganti Abu Bakar Ash-Shiddiq. Umar telah banyak menyumbangkan jasa-jasanya untuk umat Islam, di antaranya berbagai penaklukan negeri-negeri yang kemudian berhasil dikuasai oleh kaum muslimin. Di antara strategi yang dilakukannya sebelum berperang adalah memilih pemimpin pasukan, berikut caranya:
1 Berdasarkan ketakwaan, wara’ dan mengerti hukum Islam
Saat ‘Umar memilih Sa’id bin Amir untuk menjadi Gubernur Syam, namun Sa’id sendiri menolak keputusan tersebut. Mendengar penolakannya ‘Umar marah dengan kebijaksanaannya lalu berkata, “Demi Allah yang jiwaku berada di tangannya, janganlah kalian membebani leherku, sementara kalian hanya duduk-duduk di rumah kalian.”
BACA JUGA: Ka’ab al-Ahbar Sebut Umar akan Meninggal Tiga Hari Lagi
2 Berdasarkan sikap sabar dan yakin
Ketika ‘Umar memilih Abu Ubaid ats-Tsaqafi menjadi gubernur di salah satu wilayah yang dikuasai kaum muslim, ‘Umar berpesan padanya, “Aku tidak melarang kalian menyerang, tetapi ketergesaan dalam penyerangan dapat merugikan, kecuali ada sebab yang mengharuskannya.
3 Berdasarkan sikap berani, tegas, dan terampil menggunakan senjata
Ketika ‘Umar memilih pemimpin pasukan pada perang Nahawund, orang-orang berpesan kepada ‘Umar, “Wahai Amirul Mukminin, engkau adalah orang yang paling mengetahui tentang orang Irak. Para pasukan telah mengirim utusannya kepadamu (untuk dipilih sebagai pemimpin pasukan).” ‘Umar kemudian berkata, “Demi Allah, besok aku akan memberikan kekuasaan kepada orang yang paling tepat bidikan panahnya.” “Siapa dia wahai Amirul Mukminin?” tanya pasukan. “Nu’man bin Miqran al-Muzani.” jawab Umar. Para sahabat kemudian menyetujuinya dengan berkata, “Benar, dialah orang yang tepat.”
BACA JUGA: Di Masa Jahiliyah, Umar Sering Bergulat di Pasar Ukaz
4 Berdasarkan sikap semangat yang tinggi
‘Umar dalam salah satu khutbahnya mengatakan, “Janganlah kalian memberi mandat kepada seseorang atas pekerjaannya, sementara dia tidak menyukai pekerjaannya itu dan tidak qana’ah. ini adalah keharusan karena pekerjaan ini memerlukan ketekunan.”
Demikianlah di antara cara ‘Umar bin Khaththab dalam menyusun strateginya memilih pemimpin pasukan, kebijakannya dalam memilih tidak semata-mata mengandalkan sebatas kekuatan untuk dapat berhasil menaklukan banyak peperangan. []
Sumber: DR. Ahmad Hatta MA., dkk. Januari 2015. The Golden Story of Umar bin Khaththab. Jakarta Timur: Maghfirah Pustaka.